Kue bakul rupanya juga tahan berbulan-bulan karena proses pembuatannya yang lama, hal ini merupakan harapan agar hubungan yang terjalin kekal abadi meski zaman berubah.
Saat perayaan imlek, kue ini menjadi sajian pembuka bagi masyarakat di Tiongkok sebelum menyantap hidangan utama. Hal ini ternyata dipercaya akan membawa keberuntungan, terutama dalam hal pekerjaan.
Biasanya kue ini juga disusun bertingkat, dengan maksud agar ada peningkatan rezeki dan kemakmuran di tahun yang baru.
Saat merayakan tahun baru, masyarakat Tionghoa biasanya akan menyantap dan membagikan kue bakul agar mendapatkan berkat.
Tak hanya itu, kue bakul juga digunakan sebagai sesaji dan tidak dimakan sampai Cap Go Meh atau 15 hari setelah Imlek.
Siapa sangka, ternyata proses pembuatan kue keranjang membutuhkan waktu yang lama dan tenaga yang ekstra.
Untuk fermentasi tepung ketan memerlukan waktu sekitar 10 hari, sedangkan proses pengukusan bisa menghabiskan waktu selama 12 jam.
Membuat kue keranjang juga diperlukan pikiran yang bersih dan prasangka yang baik, agar menghasilkan tekstur yang sempurna. Jika dilanggar, warga Tionghoa meyakini besar kemungkinan hasil kue keranjang menjadi tidak optimal, lembek dan pucat.
Itulah mengapa kue keranjang melambangkan kegigihan, keuletan, dan pantang menyerah dalam meraih tujuan hidup.
Kontributor : Panji Ahmad Syuhada