Kue bakul terbuat dari tepung ketan dan gula, maka dari itu rasanya manis dengan tekstur yang kenyal dan lengket. Kue ini dapat dimakan langsung atau diolah sesuai selera. Kue ini rupanya bukan hanya sekadar hidangan khas Imlek, ada banyak makna yang terkandung dalam proses pembuatan kue ini.
Kemudian, dari proses pembuatan kue Akil tersebut, setiap unsur agar dapat menyatu, akrab, lengket seperti kue bakul dan manis.
"Jadi disebut kue bakul karena secara tradisional dulu dalam memasaknya menggunakan keranjang-keranjang rotan yang kecil, atau bakul," tuturnya.
Melambangkan kebersamaan
Kue bakul terbuat dari tepung ketan yang lengket melambangkan persaudaraan yang erat dan menyatu. Bentuknya yang bundar tanpa sudut juga memiliki makna kebersamaan dan kekeluargaan.
Rasa kue keranjang yang manis pun menandakan suka cita dan nikmatnya keberkatan dalam hidup. Kue ini menjadi pengingat akan pentingnya menjalin hubungan kekeluargaan dan saling tolong-menolong.
Kue bakul rupanya juga tahan berbulan-bulan karena proses pembuatannya yang lama, hal ini merupakan harapan agar hubungan yang terjalin kekal abadi meski zaman berubah.
Saat perayaan imlek, kue ini menjadi sajian pembuka bagi masyarakat di Tiongkok sebelum menyantap hidangan utama. Hal ini ternyata dipercaya akan membawa keberuntungan, terutama dalam hal pekerjaan.
Biasanya kue ini juga disusun bertingkat, dengan maksud agar ada peningkatan rezeki dan kemakmuran di tahun yang baru.
Saat merayakan tahun baru, masyarakat Tionghoa biasanya akan menyantap dan membagikan kue bakul agar mendapatkan berkat.
Tak hanya itu, kue bakul juga digunakan sebagai sesaji dan tidak dimakan sampai Cap Go Meh atau 15 hari setelah Imlek.