![Foto lucky saat berada di tanah Papua bersama dengan motornya. [Suara.com/Panji Ahmad Syuhada]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/01/18/66916-syarifuddin-lukito.jpg)
Dia ingat, selama perjalanan itu ada sekitar ratusan kali menyeberangi lautan. Begitu pula jalur udara pernah ditempuh dirinya, hanya saja untuk jalur udara menggunakan pesawat tersebut dia hanya menjalaninya tiga kali.
"Kalau naik pesawat tiga kali, motornya diletakkan dalam bagasi. Kalau nyeberang laut naik kapal tak terhitung, sampai ratusan kali lah," ceritanya.
Kemudian, ada kenangan tentang penyeberangan yang cukup suram bersama motor tuanya. Saat berada di Merauke untuk menyeberang ke daratan lainnya Lucky mesti membongkar motor yang berbodi bongsor tersebut.
Saat itu, kapal berukuran kecil tidak mampu menampung ukuran motor dia. Sehingga mengharuskan dirinya membongkar sendiri seluruh komponen sepeda motor itu dan memasukan ke dalam dus besar. Termasuk ban, tangki, stang serta komponen otomotif lainnya.
"Waktu itu mau nyeberang karena motor ini besar jadi dibongkar semuanya," katanya.
Kemudian, kenangan jalur udara pernah dilaluinya pada saat berada di Timika Papua, saat itu kerusuhan pecah. Makanya dia memutuskan untuk terbang ke Ambon menggunakan pesawat.
"Dulu ada istilah Timika itu Tiap Minggu Kacau, itu dulu, jadi saat itu aku diterbangkan naik pesawat. Sepanjang jalan tak pernah putar balik, selalu cari jalan agar bisa terhubung ke daerah lainnya," ungkapnya.
Perjalanan 6 tahun menyusuri negeri yang dijalani Lucky tak semudah sekarang, saat itu dia hanya berbekal peralatan seadanya, dia pun mengunjungi setiap kabupaten dan kota yang ada di Indonesia.
Bukti-bukti perjalanannya itu diabadikan dengan momen foto bersama dan surat keterangan dari pemerintah setempat. Dalam hal ini, misi yang dijalaninya diyakini sukses untuk membawa semangat Indonesia damai dan menggelorakan jiwa nasionalisme.
"Yang paling berkesan itu memang di daerah Indonesia timur," kata dia.
Di situ, banyak kenangan dirinya dengan motor tua yang menjadi pelengkap perjalanan. Masa-masa suram dilalui Lucky dengan penuh keikhlasan. Targetnya, dia mampu menyusuri semua wilayah Indonesia dengan penuh suka cita.
Berada di Papua, lulusan manajemen informasi AMIK Mitra Gama ini mengalami hal-hal yang tidak terduga. Mulai dari susah hingga senang terlewati sendirian, namun yang paling berkesan, kata dia, saat berada di Pulau Banda Naira Maluku Tengah, tempat dimana beberapa tokoh perjuangan Indonesia pernah diasingkan pada zaman kolonial Belanda.
Seminggu Terbenam Lumpur di Hutan Papua
Selama penjelajahan, hal yang paling berkesan baginya yaitu saat berada di kawasan Indonesia timur. Dari ceritanya, banyak pengalaman pahit getir yang dijalani. Mulai dari motor yang rusak hingga terjebak kubangan lumpur yang sangat dalam di bumi Cenderawasih.
"Kalau kita di Sumatera paling ngeri istilah bajing loncat (perampok), tapi di Papua itu berat, karena banyak tantangan mulai dari kelompok separatis-nya, ancaman malaria tropika hingga hal-hal yang mengancam nyawa," ungkapnya.
Saat terjebak dalam lumpur di jalan yang berada pada pedalaman hutan Papua, Lucky yang seorang diri hanya bisa pasrah. Sembari itu dia terus berupaya bertahan hidup dengan perbekalan yang semakin menipis.