Bertujuan guna membantu mempromosikan event itu. Ia turut merasa bangga, pasalnya menurut panitia pelaksana, Festival Subayang telah digelar lima kali, sejak tahun 2016.
"Festival Subayang cukup bagus. Banyak destinasi wisata alam yang bisa dikembangkan lagi menjadi ekowista agar bisa semakin dikenal oleh para wisatawan nusantara dan mancanegara," ucapnya.
"Keaslian nilai-nilai adat ini harus dilestarikan dan dipertahankan, juga bisa diteruskan kepada anak, keponakan kita, agar bisa terbiasa dengan yang telah dilakukan oleh orang tua sejak jaman dahulu ini," sambung Syamsuar.
Sementara, Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Riau, mengungkapkan, Festival Subayang idenya, bukan kumpul-kumpul biasa. Bukan helat pelepas tanya.
Di lingkarannya, sebegitu besar harapan. Bahwa kenduri ini semoga sarat makna. Menjadi Spirit, menggugah inspirasi. Menghadirkan pikiran dan langkah baru.
"Kampar adalah bentang harapan. Kita saksikan bagaimana kecantikan alam, keunikan kultur, bersatu dalam harmoni. Sejarah, ragam peninggalan, kuliner dan permainan anak negeri. Kita mengenali aneka kesenian tradisi sampai lagu-lagu Ocu. Tak banyak daerah yang seperti Kampar. Sangat kaya dengan romansa, "ungkap Roni.
Belakangan, menurutnya, Kampar berada di barisan terdepan dalam merespon dunia kepariwisataan. Paling menarik, tentu saja, bagaimana dikelola tanpa meninggalkan kearifan lokal. Dari Lubang Kalam, terus Puncak Kompe hingga Pulau Cinta di Teluk Jering.