Cerita Penggali Makam Covid-19 Pekanbaru, Seharian "Ngantor" di Kuburan

Meski demikian sering kali profesi ini tidak diperhatikan selayaknya tenaga kesehatan (nakes).

Eko Faizin
Selasa, 06 Oktober 2020 | 08:38 WIB
Cerita Penggali Makam Covid-19 Pekanbaru, Seharian "Ngantor" di Kuburan
Subhan Zain, seorang penggali makam di Pekanbaru. [Dok. Riauonline]

SuaraRiau.id - Salah satu pekerjaan yang menjadi bagian dari penanganan wabah Covid-19 adalah para penggali kubur jenazah Covid-19.

Para penggali kubur ini bersiaga nyaris 24 jam menyiapkan pemakaman bagi jenazah Covid-19. Setidaknya tujuh makam harus digali setiap hari guna mengantisipasi adanya jenazah.

Para penggali ini menggunakan seragam hazmat dengan protokol kesehatan ketat tentu bukan pekerjaan mudah.

Meski demikian sering kali profesi ini tidak diperhatikan selayaknya tenaga kesehatan (nakes).

Subhan Zain, seorang tenaga penggali kubur jenazah Covid-19 di pemakaman TPU Tengku Mahmud, Rumbai Pekanbaru. Ia menceritakan setiap hari harus "ngantor" di tempat pemakaman.

Subhan mengaku sudah sekitar 20 tahun lebih menjadi penggali makam.

"Jam 8 pagi sampai jam 4 sore menggali kubur, tapi ketika menggali ada yang masuk jadi kami tutup dan gali kembali. Terkadang ada yang masuk malam, harus kita kuburkan saat itu. Bahkan ini saya belum tidur, baru menguburkan jam 4 subuh," kata Subhan kepada Riauonline.co.id (jaringan Suara.com), Senin (5/10/2020).

Subhan mengaku pernah mendapat penolakan dari masyarakat saat pulang ke rumah. Warga takut profesinya sebagai penggali kubur jenazah Covid-19 ini bisa membawa virus. Namun ia meyakinkan bahwa prosesi pemakaman ini sudah menggunakan prosedur kesehatan.

Bahkan ia masih ingat, pertama kali menguburkan jenazah Tanggal 9 April 2020 Ia menguburkan sendirian tanpa rekan karena takut dengan Covid.

"Jenazah pertama saya kubur sendirian, pergi jam 5 sore pulang jam 8 pagi hanya diterangi lampu motor," katanya.

Dalam bekerja, ia menggunakan hazmat sekali pakai sebagai pengaman standar, ini membuat kesulitan sendiri sebab gerah dan berat.

"Pakaian pengamannya berat dan panas, kalau malam saja seperti mandi keringat," jelasnya.

Tantangan lain yang sering dihadapi oleh tim penggali makam adalah keluarga yang tidak terima dengan protokol pemakaman lain.

"Banyak keluarga yang sering tidak terima bahkan ada yang mencoba mendekat. Ada yang memaksa mengazankan di liang lahat. Sebisa mungkin kami tetap ingatkan untuk kebaikan mereka semua," lanjutnya.

Atas segala tantangan ini, ternyata hak-hak ekonomi mereka belum dipenuhi sepenuhnya, instentif Covid-19 sempat dijanjikan belum pernah cair.

"Sebetulnya membicarakan insentif ini agak sulit ya, sudah 6 bulan lebih, tapi Alhamdulillah belum pernah cair," ujarnya.

Ia berharap agar pandemi corona ini lekas selesai agar ia bisa kembali ke pekerjaan lama.

"Masyarakat sering beranggapan bahwa kami semakin mendapat untung setiap ada korban meninggal akibat Covid. Padahal tidak, Kami hanya menjalankan tugas. Jujur saja, kami ingin pandemi ini lekas selesai," katanya.

ia ingin masyarakat dapat lebih dewasa dan sadar akan kewajiban menjaga diri dari Covid-19.

"Kita ikuti protokol kesehatan, pakai masker, kurangilah minum kopi, ke mall, kita yang harus menjaga diri kita sendiri. Kalau kita sampai terkena Covid semua pasti kesulitan," pesan Subhan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini