Laporan sempat disampaikan ke pihak sekolah, namun penanganan awal dinilai kurang maksimal.
"Sekolah hanya menasihati pelaku tanpa memanggil orangtua mereka. Kami akhirnya mendatangi langsung rumah orangtua pelaku," ungkap Gimson.
Di sana, orangtua pelaku justru menyarankan agar korban dibawa ke tukang urut. Kedua pihak sempat saling meminta maaf, namun kondisi korban terus memburuk, bahkan bolak-balik ke kamar mandi.
"Ketika kami duduk bersama lagi, mereka tetap menyarankan tukang urut, bukan berobat ke dokter," tambahnya.
Setelah hampir seminggu, korban akhirnya dibawa ke klinik. Di sana korban muntah cairan bercampur darah dan mengalami kejang-kejang. Malam harinya korban dirujuk ke rumah sakit di Inhu, namun kembali muntah darah.
Dalam kondisi kritis, korban sempat direncanakan dirujuk ke rumah sakit di Pekanbaru. Namun, saat masih dalam perawatan di Inhu, korban dinyatakan meninggal dunia.
Sebelumnya, hasil autopsi di RSUD Indrasari Rengat pada 26 Mei 2025 mengungkapkan bahwa penyebab kematian korban adalah infeksi rongga perut akibat pecahnya usus buntu. Pemeriksaan medis juga menemukan sejumlah memar pada tubuh korban akibat kekerasan benda tumpul.
Polisi hingga kini masih mendalami dugaan keterkaitan antara aksi perundungan dengan kondisi medis korban. Sebanyak 22 saksi telah diperiksa, termasuk lima terduga pelaku yang masih berstatus anak di bawah umur.
Penyebab kematian terungkap
Baca Juga: Polisi Ungkap Penyebab Kematian Bocah SD Diduga Korban Bullying di Indragiri Hulu
Misteri penyebab meninggalnya bocah SD di Indragiri Hulu yang diduga menjadi korban bullying (perundungan) dan kekerasan fisik akhirnya terungkap.
Berdasarkan hasil autopsi terhadap jenazah KB (8) di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Riau menyatakan korban mengalami infeksi akut pecah usus buntu.
Dirkrimum Polda Riau Kombes Asep Darmawan mengungkapkan jika hasil pemeriksaan luar dan dalam ditemukan sejumlah luka dan kelainan pada tubuh korban.
"Luka-luka tersebut diduga diakibatkan oleh benturan benda tumpul. Namun, penyebab utama kematian disimpulkan berasal dari infeksi sistemik akut akibat pecahnya usus buntu (appendiks)," terang Asep kepada wartawan, Rabu (4/6/2025).
Luka-luka tersebut termasuk memar pada daerah perut dan paha, serta resapan darah pada jaringan lemak perut sebelah kiri.
Diketahui, autopsi dilakukan Tim Forensik Polda Riau yang dipimpin oleh AKBP Supriyanto, bersama dr Muhammad Tagar Indrayana.
Berita Terkait
-
HUT RI ke-80: Akankah Istana Merdeka Jadi Panggung Rekonsiliasi Megawati-Jokowi?
-
Pemerintah Korbankan Data WNI? Ini Kata Pakar Soal Kesepakatan Dagang dengan AS
-
Sinyal Koalisi Menguat? Gerindra Sebut Urusan PDIP di Tangan Prabowo-Mega
-
Presiden Prabowo Temui 82 Profesional Muda, Bahas Masa Depan Ekonomi Indonesia
-
Bahas IKN, NasDem Beri 'Nasehat' untuk Presiden Prabowo: Daripada Jadi Rumah Hantu
Terpopuler
- Siapa Pencipta Sound Horeg? Ini Sosok Edi Sound yang Dijuluki Thomas Alva Edisound dari Jawa Timur
- Jelang Ronde Keempat, Kluivert Justru Dikabarkan Gabung Olympique Lyon
- Akal Bulus Dibongkar KPK, Ridwan Kamil Catut Nama Pegawai Demi Samarkan Kepemilikan Kendaraan
- Bupati Sleman Akui Pahit, Sakit, Malu Usai Diskominfo Digeledah Kejati DIY Terkait Korupsi Internet
- Pemain Keturunan Purwokerto Tiba di Indonesia, Diproses Naturalisasi?
Pilihan
-
Masih Layak Beli Honda Jazz GK5 Bekas di 2025? Ini Review Lengkapnya
-
Daftar 5 Mobil Bekas yang Harganya Nggak Anjlok, Tetap Cuan Jika Dijual Lagi
-
Layak Jadi Striker Utama Persija Jakarta, Begini Respon Eksel Runtukahu
-
8 Rekomendasi HP Murah Anti Air dan Debu, Pilihan Terbaik Juli 2025
-
Fenomena Rojali dan Rohana Justru Sinyal Positif untuk Ekonomi Indonesia
Terkini
-
Free Fire Hadirkan Emote Pacu Jalur, Angkat Tradisi Riau ke Dunia Game
-
Terungkap Pelaku Kasus Beras Oplosan di Riau, Kapolda: Pemain Lama
-
Kabar Lahan SRL Disegel Pemerintah Terkait Karhutla, Apa Kata Ketua APHI Riau?
-
Diduga Terlibat Karhutla Riau: 4 Perusahaan Kena Segel, Satu Pabrik Sawit Ditutup
-
Pertanian Jadi Andalan, BRI Salurkan KUR Rp83,38 Triliun ke Sektor Produktif