Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Jum'at, 10 November 2023 | 09:46 WIB
Kim Teng. [Ist]

SuaraRiau.id - Kedai kopi Kim Teng menjadi salah satu kedai legendaris yang ada di Riau, khusunya Pekanbaru. Jika singgah di Kota Bertuah tersebut, tak lengkap rasanya kalau ngopi di warung itu.

Selain rasa kopinya yang khas, Kim Teng ternyata punya sejarah yang dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia di Riau.

Kim Teng, merupakan seorang veteran pejuang 45 berdarah Tionghoa yang tergabung dalam kesatuan Tentara Rahasia Resimen IV Devisi I, Banteng Riau.

"Beliau ini dalam konteks perang kemerdekaan terlibat. Pasukannya dipimpin kolonel Hassan Basri. Tugas Kim Teng sebagai badan intelijen dan itu sangat berat," kata Nyoto di sela-sela lounching bukunya yang berjudul Kim Teng dari Pejuang hingga Kedai Kopi, Minggu (16/1/2022).

Menurut anggota Paguyuban Sosial Marga Tionghoa (PSMTI) itu, keterlibatan Kim Teng tergabung bersama pasukan intelijen bermula setelah Jepang hengkang dari Pekanbaru.

Sosok Hassan Basri dan Tan Ten Hun lah yang mengajak Kim Teng untuk bergabung. Ketika itu, komandan Kim Teng adalah RA Priodipuro, sedangkan komandan perangnya adalah Kapten Syarief Syamsuddin.

Tentara rahasia ini bermarkas di Batu I Jalan Bangkinang Pekanbaru dan dikenal dengan sebutan Asrama Putih.

Meski ikut berjuang, Kim Teng kerap mendapat angggapan negatif dan menyebut Tionghoa hanya menumpang di Indonesia. Padahal dalam pasukan yang digeluti Kim Teng, ada 8 tokoh asal Tionghoa yang terlibat pergerakan kemerdekaan.

Namun, Kim Teng tak goyah, yang ada dalam kepalanya adalah berjuang. Saat itu, di usia 25 tahun Kim Teng bertugas sebagai siasat perang dan perbekalan.

Kim Teng berkali-kali menyelundupkan senjata yang diperoleh dari Singapura untuk dibawa ke Pekanbaru.

Kala itu, terkadang terpikirkan akan tertangkap oleh patroli Belanda dan mati konyol di atas kapal. Tetapi jalan baik selalu berpihak pada Kim Teng.

Barangkali garis wajah Tionghoa dan roman pedagangnya membuat Belanda sama sekali tak curiga. Padahal, Kim Teng adalah informan utusan untuk mencari tahu dimana kapal-kapal Belanda itu berpatroli.

"Ya, beliau menyamar sebagai seorang pedagang. Dengan wajah Tionghoa, kecendurangan untuk dicurigai lebih kecil. Apalagi Kim teng bawaannya tenang," sebut Nyoto dikutip dari Riauonline.co.id--jaringan Suara.com.

Perang kemerdekaan pun usai. Akan tetapi situasi ekonomi di Indonesia khususnya Pekanbaru rupanya tak berbuah manis.

Kim Teng saat itu berstatus sebagai pengangguran di usia 30 tahun dan juga tidak lagi melanjutkan keanggotaan tentaranya di Resiman IV Riau. Begitu juga teman-teman seperjuangannya pun menentukan nasib masing-masing.

Load More