SuaraRiau.id - Kedai kopi Kim Teng menjadi salah satu kedai legendaris yang ada di Riau, khusunya Pekanbaru. Jika singgah di Kota Bertuah tersebut, tak lengkap rasanya kalau ngopi di warung itu.
Selain rasa kopinya yang khas, Kim Teng ternyata punya sejarah yang dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia di Riau.
Kim Teng, merupakan seorang veteran pejuang 45 berdarah Tionghoa yang tergabung dalam kesatuan Tentara Rahasia Resimen IV Devisi I, Banteng Riau.
"Beliau ini dalam konteks perang kemerdekaan terlibat. Pasukannya dipimpin kolonel Hassan Basri. Tugas Kim Teng sebagai badan intelijen dan itu sangat berat," kata Nyoto di sela-sela lounching bukunya yang berjudul Kim Teng dari Pejuang hingga Kedai Kopi, Minggu (16/1/2022).
Menurut anggota Paguyuban Sosial Marga Tionghoa (PSMTI) itu, keterlibatan Kim Teng tergabung bersama pasukan intelijen bermula setelah Jepang hengkang dari Pekanbaru.
Sosok Hassan Basri dan Tan Ten Hun lah yang mengajak Kim Teng untuk bergabung. Ketika itu, komandan Kim Teng adalah RA Priodipuro, sedangkan komandan perangnya adalah Kapten Syarief Syamsuddin.
Tentara rahasia ini bermarkas di Batu I Jalan Bangkinang Pekanbaru dan dikenal dengan sebutan Asrama Putih.
Meski ikut berjuang, Kim Teng kerap mendapat angggapan negatif dan menyebut Tionghoa hanya menumpang di Indonesia. Padahal dalam pasukan yang digeluti Kim Teng, ada 8 tokoh asal Tionghoa yang terlibat pergerakan kemerdekaan.
Namun, Kim Teng tak goyah, yang ada dalam kepalanya adalah berjuang. Saat itu, di usia 25 tahun Kim Teng bertugas sebagai siasat perang dan perbekalan.
Kim Teng berkali-kali menyelundupkan senjata yang diperoleh dari Singapura untuk dibawa ke Pekanbaru.
Kala itu, terkadang terpikirkan akan tertangkap oleh patroli Belanda dan mati konyol di atas kapal. Tetapi jalan baik selalu berpihak pada Kim Teng.
Barangkali garis wajah Tionghoa dan roman pedagangnya membuat Belanda sama sekali tak curiga. Padahal, Kim Teng adalah informan utusan untuk mencari tahu dimana kapal-kapal Belanda itu berpatroli.
"Ya, beliau menyamar sebagai seorang pedagang. Dengan wajah Tionghoa, kecendurangan untuk dicurigai lebih kecil. Apalagi Kim teng bawaannya tenang," sebut Nyoto dikutip dari Riauonline.co.id--jaringan Suara.com.
Perang kemerdekaan pun usai. Akan tetapi situasi ekonomi di Indonesia khususnya Pekanbaru rupanya tak berbuah manis.
Kim Teng saat itu berstatus sebagai pengangguran di usia 30 tahun dan juga tidak lagi melanjutkan keanggotaan tentaranya di Resiman IV Riau. Begitu juga teman-teman seperjuangannya pun menentukan nasib masing-masing.
Perjuangan Kim Teng di kuliner
Kim Teng akhirnya mengikuti jejak kakaknya Tjung Lan, yang lebih dulu memiliki usaha kedai kopi di Pekanbaru. Kim Teng muda membuka kedai kopi tradisional pada tahun 1950-an dan menjalankan usaha ini bersama kakaknya.
Semula, kedai kopi pertama Kim Teng diberi nama Kedai Kopi Yu Hun yang terletak di Jalan Sago. Rumah sewaan berdinding papan dengan atap daun rumbiah dan berlantai tanah. Hanya ada 4 meja minum dan beberapa kursi yang bisa dihitung jari.
Huruf demi huruf dari kedai kopinya ditulis dengan gaya kaligrapi Tionghoa. Namanya diambil dari kata Yu yang artinya teman dan Hun yang artinya awan.
Saat pertama kali merintis kedai kopi, yang ada di dalam kepala Kim Teng adalah bagaimana terlepas dari beban hidup dengan tanggungan 1 orang istri (Tjang Fei Poan) dan 3 anak (Tang Kok Liong, Tang Kok Meng, dan Tang Lai Yeng). Apalagi, di tahun 1930-1950-an Kota Pekanbaru masih hutan dan kegiatan pasar hening.
Di tahun 1951 dan 1953, dua buah hati Kim Teng lahir. Anak keempat yakni Tan Lai Peng dan anak kelimanya Tang Lai Kin. Mereka hidup bersama dan menyewa rumah sederhana di jalan Tanjung Datuk.
Lalu, pada tahun 1955 kedai kopi milik Kim Teng pindah ke tepian Sunga Siak. Kedai itu diberi nama Kedai Kopi Nirmala karena lokasinya tepat berada di penginapan Nirmala. Mereka menyewa di lantai dasar penginapan.
Namun, kedai kopi ini tak berumur panjang. Isu tentang kepulangan warga Tionghoa merebak. Kedai kopi ini ditutup sementara. Saat itu anak Kim Teng sudah berjumlah 7 orang. Anak keenam Kim Teng yang diberi nama Tang Kok Sun lahir pada tahu 1955 dan setahun berikutnya anak bungsu Kim Teng yakni Tang Lie Lian juga lahir.
Nyatanya nasib baik masih berpihak pada Kim Teng. Piagam penghargaan dari Bung Karno dan Ir. Djuanda yang diterima Kim Teng pada tahun 1958 membawanya tetap menetap di Bumi Melayu Lancang Kuning ini.
Kim Teng pun kembali membuka usaha kedai kopi sekitar tahun 1960 atau 1961 dengan nama 'Kedai Kopi Segar' yang berlokasi di Simpang Sago (sekitar Bank Danamon sekarang). Lalu kedai ini berpindah ke kedai di dekat pintu gerbang pelabuhan Pelindo I.
Pada akhirnya di tahun 2002, Kedai Kopi Segar pindah ke jalan Senapelan, Tampan. Di lantai 1 Kim Teng menggeluti usahanya dan di lantai 2 mereka tinggal bersama istri dan ke tujuh anak serta cucu-cucunya.
"Bahwa sebenarnya kedai kopi ini 4 kali pergantian nama. Tapi orang tidak peduli dengan nama itu, orang taunya kedai kopi milik Kim Teng," pungkas Nyoto.
Setahun pindah ke kedai baru, Kim Teng yang lahir pada Maret 1921 menghembuskan nafas terakhir pada 6 Mei 2003 di Pekanbaru. Kim Teng dimakamkan di Pekuburan Warga Tionghoa di Rumbai dengan upacara militer layaknya Tentara Veteran Republik Indonesia.
Kini, nama Kim Teng harum bersama Kopinya yang legendaris. Bahkan telah ada beberapa cabang di berbagai tempat di Kota Pekanbaru.
Berita Terkait
-
Sudah Lama Ngarep RK Pindah ke Jakarta Karena Toleran, Komunitas Tionghoa Deklarasi Dukungan ke Pasangan RIDO
-
Bicara tentang Bahaya Kekerasan Seksual, dr. Fikri Jelaskan Hal Ini
-
Pentingnya Menggunakan Laptop AI Tipis Terbaik ASUS Zenbook S 14 OLED
-
Siapa Omid Popalzay? Pemain Liga 2 Indonesia yang Tukar Jersey dengan Ragnar Oratmangoen
-
Timnas Day: Suporter Wajib Catat, Ini Rute Termudah dari Pekanbaru Menuju Stadion GBK
Terpopuler
- Keponakan Megawati jadi Tersangka Kasus Judol Komdigi, PDIP: Kasus Alwin Jabarti Kiemas Contoh Nyata Politisasi Hukum
- Ngaku SMA di Singapura, Cuitan Lawas Chilli Pari Sebut Gibran Cuma SMA di Solo: Itulah Fufufafa..
- Hukum Tiup Lilin Dalam Islam, Teganya Geni Faruk Langsung Padamkan Lilin Ultah saat Akan Ditiup Ameena
- Kevin Diks: Itu Adalah Ide yang Buruk...
- Sebut Jakarta Bakal Kembali Dipimpin PDIP, Rocky Gerung: Jokowi Dibuat Tak Berdaya
Pilihan
-
Mahasiswa Universitas Lampung Ajak Warga Gotong Royong Peduli Lingkungan
-
Jangan Lewatkan! Amalan Malam Jumat untuk Perlindungan dari Fitnah Dajjal
-
Setelah Pilkada, Harga Emas Antam Meroket Jadi Rp1.513.000/Gram
-
Mempelajari Efektivitas Template Braille pada Pesta Demokrasi
-
Ingat! Penurunan Harga Tiket Pesawat Domestik 10 Persen Hanya Berlaku Hingga 3 Januari
Terkini
-
Inovasi E-Break, PHR Hemat Biaya Produksi Balam South Rp29 Miliar
-
Hari Pencoblosan, KPU Riau Ungkap Larangan untuk Pemilih dan Lembaga Survei
-
Intip Snack Emping Jagung Nasabah PNM Mekaar yang Diborong Wapres Gibran
-
Jaga Keamanan Masa Tenang Pilkada, Polres Siak-Instansi Terkait Patroli Skala Besar
-
Hari Guru, Begini Jejak Kisah Guru di Balik Kesuksesan Para Engineer PHR