Perjuangan Kim Teng di kuliner
Kim Teng akhirnya mengikuti jejak kakaknya Tjung Lan, yang lebih dulu memiliki usaha kedai kopi di Pekanbaru. Kim Teng muda membuka kedai kopi tradisional pada tahun 1950-an dan menjalankan usaha ini bersama kakaknya.
Semula, kedai kopi pertama Kim Teng diberi nama Kedai Kopi Yu Hun yang terletak di Jalan Sago. Rumah sewaan berdinding papan dengan atap daun rumbiah dan berlantai tanah. Hanya ada 4 meja minum dan beberapa kursi yang bisa dihitung jari.
Huruf demi huruf dari kedai kopinya ditulis dengan gaya kaligrapi Tionghoa. Namanya diambil dari kata Yu yang artinya teman dan Hun yang artinya awan.
Saat pertama kali merintis kedai kopi, yang ada di dalam kepala Kim Teng adalah bagaimana terlepas dari beban hidup dengan tanggungan 1 orang istri (Tjang Fei Poan) dan 3 anak (Tang Kok Liong, Tang Kok Meng, dan Tang Lai Yeng). Apalagi, di tahun 1930-1950-an Kota Pekanbaru masih hutan dan kegiatan pasar hening.
Di tahun 1951 dan 1953, dua buah hati Kim Teng lahir. Anak keempat yakni Tan Lai Peng dan anak kelimanya Tang Lai Kin. Mereka hidup bersama dan menyewa rumah sederhana di jalan Tanjung Datuk.
Lalu, pada tahun 1955 kedai kopi milik Kim Teng pindah ke tepian Sunga Siak. Kedai itu diberi nama Kedai Kopi Nirmala karena lokasinya tepat berada di penginapan Nirmala. Mereka menyewa di lantai dasar penginapan.
Namun, kedai kopi ini tak berumur panjang. Isu tentang kepulangan warga Tionghoa merebak. Kedai kopi ini ditutup sementara. Saat itu anak Kim Teng sudah berjumlah 7 orang. Anak keenam Kim Teng yang diberi nama Tang Kok Sun lahir pada tahu 1955 dan setahun berikutnya anak bungsu Kim Teng yakni Tang Lie Lian juga lahir.
Nyatanya nasib baik masih berpihak pada Kim Teng. Piagam penghargaan dari Bung Karno dan Ir. Djuanda yang diterima Kim Teng pada tahun 1958 membawanya tetap menetap di Bumi Melayu Lancang Kuning ini.
Kim Teng pun kembali membuka usaha kedai kopi sekitar tahun 1960 atau 1961 dengan nama 'Kedai Kopi Segar' yang berlokasi di Simpang Sago (sekitar Bank Danamon sekarang). Lalu kedai ini berpindah ke kedai di dekat pintu gerbang pelabuhan Pelindo I.
Pada akhirnya di tahun 2002, Kedai Kopi Segar pindah ke jalan Senapelan, Tampan. Di lantai 1 Kim Teng menggeluti usahanya dan di lantai 2 mereka tinggal bersama istri dan ke tujuh anak serta cucu-cucunya.
"Bahwa sebenarnya kedai kopi ini 4 kali pergantian nama. Tapi orang tidak peduli dengan nama itu, orang taunya kedai kopi milik Kim Teng," pungkas Nyoto.
Setahun pindah ke kedai baru, Kim Teng yang lahir pada Maret 1921 menghembuskan nafas terakhir pada 6 Mei 2003 di Pekanbaru. Kim Teng dimakamkan di Pekuburan Warga Tionghoa di Rumbai dengan upacara militer layaknya Tentara Veteran Republik Indonesia.
Kini, nama Kim Teng harum bersama Kopinya yang legendaris. Bahkan telah ada beberapa cabang di berbagai tempat di Kota Pekanbaru.
Berita Terkait
-
Jejak Sejarah Akulturasi Budaya Tionghoa di Tangerang
-
Kurniawan Blak-blakan Pilih Tinggalkan Como demi Gabung Klub Liga 2 Indonesia
-
Inklusivitas dalam Setiap Teguk di Kopi Difabis
-
Bersantap Pagi dengan Lotek Enak di Lapau Rang Sangka Pekanbaru
-
5 Rekomendasi Kafe Hits di Madiun yang Cocok Buat Nugas, Super Nyaman!
Terpopuler
- Istri Menteri UMKM Bukan Pejabat, Diduga Seenaknya Minta Fasilitas Negara untuk Tur Eropa
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas MPV 1500cc: Usia 5 Tahun Ada yang Cuma Rp90 Jutaan
- 5 Rekomendasi Pompa Air Terbaik yang Tidak Berisik dan Hemat Listrik
- Diperiksa KPK atas Kasus Korupsi, Berapa Harga Umrah dan Haji di Travel Ustaz Khalid Basalamah?
- 5 AC Portable Mini untuk Kamar Harga Rp300 Ribuan: Lebih Simple, Dinginnya Nampol!
Pilihan
Terkini
-
Sepanjang 2024, BRI Telah Salurkan Pembiayaan UMKM Sebesar Rp698,66 Triliun di Indonesia
-
Sanrah Food: Dukungan BRI Membuat Usaha Berkembang dan Mampu Perluas Penjualan
-
7 Rekomendasi Sepatu Lari Produk Lokal: Ringan dan Nyaman, Harga Mulai Rp400 Ribuan
-
7 Parfum Wanita Murah Wangi Tahan Lama, Harga Pelajar Mulai Rp12 Ribuan
-
Heboh Typo Ucapan Hari Bhayangkara ke-79 dari Pemprov Riau, Kok Bisa?