Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Selasa, 27 September 2022 | 18:57 WIB
Puncak Kompe, salah satu tempat wisata di Kampar yang dijuluki Raja Ampat. [ANTARA/Netty M]

SuaraRiau.id - Puncak Kompe merupakan salah satu tempat wisata yang viral lantaran disebut mirip Raja Ampat di Papua. Objek wisata itu terletak di Jalan Lintas Riau-Sumbar, tepatnya di Desa Koto Mesjid, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kampar.

Namun, 'Raja Ampat Kampar' itu perlu campur tangan pemerintah agar bisa lebih berkembang.

Pengelola Taman Wisata Puncak Kompe Eko (42) asal Kampung Patin, Kampar mengatakan tempat wisata ini dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis).

"Untuk dananya tidak masuk ke Dispenda, tapi kami masih mandiri. Dari uang masuk ini kami kelola dan kami kembangkan lagi tempat ini," ujar Eko saat ditemui Antara, Sabtu (25/9/2022).

Pada 20 Agustus 2022, Taman Wisata Puncak Kompe mendapatkan bantuan dari program tanggung jawab sosial dan lingkungan (CSR) dari PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Riau dan Kepulauan Riau berupa pembangunan pelataran utama dan The Kompe Cafe.

Jumlah pengunjung di Taman Wisata Puncak Kompe pada akhir pekan bisa mencapai 200 orang, sedangkan di hari libur nasional bisa mencapai 300-400 orang, dan di hari biasa sekitar 50 orang pengunjung, dengan harga tiket masuk sebesar Rp15 ribu per orang.

Mayoritas pengunjung berasal dari masyarakat Kampar dan sekitarnya, yang pada umumnya bekerja sebagai petani sawit, sehingga harga sawit berpengaruh terhadap ramainya pengunjung.

Eko juga mengaku pihaknya belum pernah melakukan studi banding ke daerah Jawa yang sudah banyak memiliki tempat wisata sejenis.

"Kami ini baru, istilahnya pengalaman kami di wisata ini kurang. Karena dulu viral, tanpa sengaja orang menemukan Ulu Kasok, terus diunggah ke medsos. Beberapa minggu kemudian orang ramai, sampai kami aja kewalahan. Jadi karena terlalu ramai di situ, kami buatin Puncak Kompe di sini yang berdekatan dengan Ulu Kasok secara berkelompok,” ujar dia.

Hal yang sama juga dirasakan oleh Yusuf (22), fotografer asal Kampung Patin yang mencari nafkah di Tempat Wisata Puncak Kompe ini. Ia mengaku juga belum maksimalbantuan pemerintah untuk mengelola dan mengembangkan tempat wisata Puncak Kompe.

Selain Yusuf, ada beberapa orang yang berprofesi sama dengannya secara bergantian (shift). Jika pengunjung ramai, pemasukannya bisa mencapai satu juta rupiah per hari.

Selain itu, menurut penuturan Lupus (43), seorang pedagang yang menjajakan minuman dan makanan ringan, mengaku belum bisa menyediakan makanan yang lebih bervariatif karena jumlah pengunjungnya yang belum stabil.

Sebagai pengelola, Eko berharap pemerintah bisa membantu mereka untuk lebih mengembangkan Taman Wisata Puncak Kompe ini, selain mendapatkan bantuan CSR dari perusahaan BUMN mengingat pemandangan di tempat ini sangat menjanjikan, sehingga bisa menyerupai tempat-tempat wisata di daerah lain. Secara otomatis ini akan berdampak pada perekonomian masyarakat setempat.

Sebelumnya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno sudah mengunjungi Puncak Kompe ini padan September tahun 2021 lalu, dan desa ini masuk nominasi 50 desa wisata pada Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 dari 1.832 desa wisata.

Dengan adanya kunjungan dari menteri dan adanya uluran tangan pemerintah yang maksimal, diharapkan dapat segera terealisasi menjadi ikon tempat wisata Riau, khususnya Kampar. (Antara)

Load More