Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Selasa, 06 September 2022 | 09:42 WIB
Ilustrasi driver ojek online membawa penumpang. [Suara.com/Alfian Winanto]

SuaraRiau.id - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi menuai protes dari masyarakat. Kenaikan tersebut dinilai memberatkan masyarakat di tengah kondisi ekonomi yang baru pulih.

Seorang driver ojek online di Pekanbaru bernama Hendrik mengatakan, kebijakan pemerintah tidak berpihak kepada masyarakat.

“Naiknya harga BBM, tentu membuat kami susah. Kami sudah susah malah makin dibuat susah. Jangan bunuh kami secara perlahan,” Hendrik mengeluh, Senin (6/9/2022).

Naiknya harga BBM tersebut pastinya sebut dia, akan berdampak pula dengan harga kebutuhan pokok. Sedangkan, pendapatannya tiap hari tak menentu.

“Kadang Rp100 ribu, terkadang di bawah itu. Tergantung banyaknya orderan,” sebutnya.

“Pendapatan segitu saja, pas-pasan. Belum saya bayar kontrakan rumah, listrik, uang sekolah anak dan lainnya,” sambung Hendrik lirih.

Meski harga BBM sudah naik sejak dua hari lalu, kata warga Panam, untuk tarif ojek online masih seperti biasanya. Belum ada keputusan kenaikan dari provider-nya.

“BBM naik, tapi tarifnya masih sama. Di satu sisi costumer diuntungkan, tapi kami driver dirugikan,” terangnya.

Senada juga dikatakan ibu rumah tangga (IRT), Mita yang menyebutkan bahwa harga kebutuhan sudah berangsur-angsur naik.

“Iya, sekarang sudah mulai naik harga-harga kebutuhan pokok,” sebut Mita.

Ia menambahkan, kenaikan harga bervariasi mulai dari Rp2 ribu sampe Rp5 ribu. Namun, kenaikan harga yang mencolok untuk cabai merah.

“Cabai yang tinggi kali harga naiknya. Biasanya Rp65 per kilogram, sekarang jadi Rp100 ribu. Namanya juga butuh terpaksa dibeli,” ungkapnya.

Diketahui, pemerintah resmi menaikkan harga BBM bersubsidi jenis pertalite dan solar pada Sabtu (3/9/2022) siang.

Harga pertalite yang semula Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000 per liter, sedangkan solar naik dari Rp5.150 per liter menjadi Rp6.800 per liter.

Kontributor : Riri Radam

Load More