Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Selasa, 28 Juni 2022 | 16:40 WIB
Ilustrasi petani cabai. [Ist]

SuaraRiau.id - Harga cabai merah di pasaran hingga kini ada yang mencapai Rp120.000 per kilogram. Kondisi ini ternyata membuat petani cabai di Siak bisa tersenyum lebaran lantaran dapat meraih untung besar.

Salah seorang petani di Kampung Langsat Permai, Kecamatan Bungaraya, Siak bernama Paidi mengaku dengan kondisi harga cabai saat ini dirinya bisa mendapatkan untung lebih.

"Kalau ikut harga sekarang petani cabai bisa dapat untung, cuma harga pupuk dan pestisida di luar nalar," ungkap Paidi, Selasa (28/6/2022).

Kendati demikian, lanjut Paidi, harga pupuk dan pestisida yang turut melambung tinggi membuat para petani cabai was-was.

"Sekarang lagi gak musim tanam cabai, memang hari ini harga cabai sangat bagus. Takutnya nanti pas masuk musim tanam harga cabai turun rendah. kami berharap harga cabai bisa tetap seperti ini," kata Paidi.

Ayah tiga orang anak itu khawatir, musim tanam tiba nanti harga cabai malah turun namun tidak untuk harga pupuk dan pestisida.

Ia berharap agar pemerintah daerah hingga ke pusat bisa melakukan kontrol terhadap kenaikan harga pupuk dan pestisida yang terus terjadi.

"Kami berharap ada kontrol dari Pemkab Siak maupun pusat soal harga pupuk dan harga pestisida," pinta Paicong.

Harga di petani, kata Paicong lebih jauh, untuk cabai merah keriting dihargai dengan harga Rp60.000/Kg, cabai hijau Rp40.000/Kg dan untuk cabai rawit Rp45.000/Kg.

"Dulu cabai merah keriting dihargai dengan harga Rp17.000/Kg, cabai hijau Rp5.000/Kg. Dengan harga segitu memang gak balek modal bang," bebernya.

Yang jelas, tambah Paicong, petani cabai pada tahun kemarin mengalami kerugian besar dikarenakan harga jual cabai sangat murah sehingga tidak menutupi modal dan operasional untuk menanam cabai.

"Jangankan untuk untung, untuk pekerja dan balek modal aja kurang gak terpenuhi bang," tambahnya.

Paicong sendiri memiliki lahan cabai setengah hektare. Dalam luasan tersebut, Paicong merogoh kocek untuk modal sedikitnya Rp80 juta.

"Setengah hektare modalnya aja Rp80 juta. Kalau harga sekarang kami petani bisa meraih laba kotor sedikitnya Rp200 juta. Kalau harga lama memang gak ketutup," tuturnya.

Kontributor : Alfat Handri

Load More