“Kalau saya tahu kami naik speedboat begitu, saya tidak akan berani ke Batam, pengurusnya bilang kami naik kapal ikan,” katanya.
Sahman menceritakan, ketika itu speedboat mengalami mati mesin dan mereka terombang-ambing di tengah laut. Tidak lama kemudian, speed boat kedua tiba untuk menolong mereka.
“Semua orang panik, dan berebut pindah ke boat kedua, kalau tidak salah boat kedua dari kayu, tapi karena kelebihan muatan, air sempat masuk dan kami terombang ambing, hingga akhirnya boat kedua itu tenggelam juga,” katanya.
Tak dilengkapi pelampung
Saat itu, mereka tidak diperlengkapi pelampung, Sahman berusaha menolong yang lain. Ia mengingat sempat menarik lengan seorang wanita, dan mencoba menolong.
Namun akhirnya tidak tertolong, karena Ia sendiri juga tidak pandai berenang. Sahman mencoba untuk terus mengapung, agar tidak tenggelam.
“Saya terapung, bertahan beberapa jam, sangking lamanya di air, sempat hilang kendali,” ceritanya.
Jika terlambat 1 menit saja, Sahman mengaku Ia bisa mati. Sampai akhirnya bantuan datang, seorang nelayan dengan perahunya.
“Saya teriak, tolong, siapa yang punya hati, tolong saya, baru ada suara, rupanya itu nelayan, saya disuruh mengapung dulu karena sampannya gak muat,” sebut dia.
Tidak lama setelah itu, Sahman kemudian diangkut ke perahu nelayan. Ia bersama korban selamat diletakkan di tepi pantai, hingga bantuan yang lain tiba.
Keluarkan uang Rp 8,8 juta
PMI Ilegal yang selamat, Amat (41) juga mengeluarkan uang Rp 8,8 juta untuk biayanya ke Malaysia. Uang tersebut diperolehnya dari meminjam kepada tetangga di kampung.
Sehari-hari, Amat bekerja sebagai petani yang mengerjakan lahan milik orang lain. Setiap bulan, penghasilannya kurang dari Rp 2 juta. Sedangkan Ia harus menghidupi kedua putri dan seorang istri yang sedang sakit.
Karena itu, Amat mencoba mengadu nasib untuk bekerja ke luar negeri, karena mengetahui temannya yang berhasil ketika bekerja di luar negeri.
“Uang Rp 8,8 juta itu saya bayar ke pak Tohri, harus lunas dibayar,” ujarnya.
Memilih jalur tak resmi
Ia memilih jalur tidak resmi karena prosesnya lebih cepat. Tahun 2005, Amat sempat bekerja ke Malaysia dengan jalur resmi, sehingga Ia tahu betul prosesnya sangat panjang.
Berasal dari Lombok Tengah, Amat bersama 7 orang lainnya termasuk adik ipar dan keponakannya berangkat ke Batam.
Berita Terkait
-
Jenazah yang Ditemukan Kepolisian Singapura Adalah Warga Lombok Bernama Lalu Ahmat Sapii
-
Harga Cabai di Batam Masih Mahal, M. Rudi Tawarkan Buka Lahan Pertanian tapi Sulit Terealisasi
-
Harga Tiket Feri Batam-Singapura Hanya Turun Rp100 Ribu, Alasannya: Harga BBM Mahal
-
Jenazah Calon Pekerja Migran Indonesia Ditemukan di Perairan Singapura
-
CPMI Ilegal Asal Lombok yang Kecelakaan di Perairan Batam Tak Punya Asuransi Maupun BPJS
Terpopuler
- 4 Mobil Bekas Termurah: Tahun Muda Banget, Harga Kisaran Rp90 Jutaan
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Sekaliber Avanza tapi Jauh Lebih Nyaman, Kabin Lega, lho!
- 5 Rekomendasi Skincare Hanasui Untuk Usia 50 Tahun ke Atas: Wajah Cerah, Cuma Modal Rp20 Ribuan
- Infinix Hot 60i Resmi Debut, HP Murah Sejutaan Ini Bawa Memori 256 GB
- 5 Pilihan HP Xiaomi Termurah Rp1 Jutaan: Duet RAM GB dan Memori 256 GB, Performa Oke
Pilihan
-
Sri Mulyani Ungkap APBN Tahun Terakhir era Jokowi Bekerja Keras
-
Sri Mulyani "Nyentil" DPR: Tepuk Tangan Loyo Meski Ekonomi Tumbuh, Belum Makan Siang Ya, Pak?
-
5 Rekomendasi HP OPPO Murah Rp1 Jutaan, Terbaik buat Gaming dan Multitasking
-
5 Bulan Pertama 2025, Ekspor Indonesia Melonjak 6,98 Persen
-
4 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan dengan Desain Mirip iPhone Boba Tiga, Terbaik Juli 2025
Terkini
-
Dukung Proses Penegakan Hukum, BRI Pastikan Pelayanan BRI pada Nasabah Tetap Berjalan Semestinya
-
Dengan KUR BRI, Katering RKP Bisa Pekerjakan 53 Karyawan untuk Program Makan Bergizi Gratis
-
Bagi-bagi DANA Kaget Senilai Rp460 Ribu, Buruan Klaim 4 Linknya
-
7 Rekomendasi Mobil Bekas Rp30 Jutaan, Generasi Lawas dengan Style Khas
-
Loan On App di BRImo: Solusi Praktis Cairkan Limit Kartu Kredit ke Tabungan