Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Selasa, 19 April 2022 | 12:28 WIB
Tangkapan layar Zan Christ. [Youtube The Women's Mosque of America]

SuaraRiau.id - Wanita Amerika Serikat (AS) bernama Zan Christ mengisahkan perjalanan spiritualnya pindah agama Islam. Ia ternyata bukan orang sembarangan.

Zan Christ berasal dari garis keturunan pemimpin agama Kristen. Dia merupakan anak pendeta di negara tersebut.

Ayah ibu Zan Christ mempunyai latar belakang keluarga pendeta dari Norwegia dan Jerman. Ia tumbuh dari keluarga yang menyebarkan ajaran kristiani.

Mengutip Hops.id--jaringan Suara.com, Zan Christ sejak kecil aktif dalam komunitas Kristen. Selain itu, ia juga dipercaya menjadi guru agama Kristen tiap hari Minggu di usianya yang masih belia dan biasa menyanyi solo lagu rohani di gereja.

Jadi, terlibat dengan aktivitas keagamaan Kristen telah ada dalam dirinya khususnya saat ia kecil hingga beranjak dewasa.

Namun, seiring berjalannya waktu, dia mulai mempertanyakan imannya. Ada konsep dalam agama Kristen yang tidak rasional.

Kemudian ia memilih meninggalkan kampung halamannya untuk kuliah dan akhirnya belajar agama-agama besar dunia. Ia secara khusus mengambil kelas agama Islam karena masih banyak yang belum ia tahu.

Awalnya ia berpikir belajar tentang Islam dan agama-agama di dunia hanya bertujuan untuk menyelesaikan kuliahnya saja. Tetapi ternyata ia sangat menikmati jurusannya dan merasa bahwa keputusan mengambil jurusan mempelajari agama adalah keputusan terbaik dalam hidupnya.

Akhirnya, Zan Christ melanjutkan karier pendidikannya dan melanjutkan ke pascasarjana untuk belajar lebih dalam lagi.

Adapun di tahun pertamanya saat S-2, ia bertemu dengan teman kelas yang berasal dari berbagai latar belakang internasional. Ia berteman dengan teman muslim yang berasal dari Pakistan dan Somalia.

Zan Christ penasaran mengapa teman-teman muslimnya senantiasa mempunyai kedamaian dan kebahagiaan batin dalam dirinya. Tak hanya itu, mereka sangat ramah dan murah hati padanya.

Sudah sejak lama Zan Christ juga mendambakan kedamaian dan kebahagiaan batin yang serupa. Ia pun lebih mendalami Islam bukan sebagai pendekatan kuliah lagi, melainkan sebagai keyakinan. Akhirnya, ia merasa Islam adalah agama yang benar baginya.

Di saat yang bersamaan, ia juga mendapatkan banyak kesulitan di perkuliahannya. Pada suatu malam, ia mencoba berbicara pada Allah SWT dan ia merasakan perasaan yang luar biasa.

Itu adalah momen paling bahagia dalam hidupnya. Akhirnya di tahun kedua kuliah S-2, Zan Christ memilih untuk menjadi mualaf.

Kini, ia senantiasa meluangkan waktunya untuk menyebarkan Islam dengan menjadi daiyah dan memberi pidato tentang Islam dan budaya muslim.

Dalam pidatonya, Zan Christ selalu menebarkan bahwa Islam adalah agama positif yang mana di Amerika sering ditemukan sentiment negatif terkait Islam.

Load More