"Pemerintah tidak bisa mengelola penangkaran burung, maka dari itu kami sudah beberapa kali mengajukan ke pihak BUMD PT Siak Pertambangan Energi (SPE) untuk mengelolanya, namun keuangan menjadi kendala," ungkap Fauzi.
Kata Fauzi, dia memahami kondisi keuangan yang ada di BUMD PT SPE itu, namun dia tak berputus asa untuk membuat taman burung itu benar-benar fungsional.
Ia mendorong ingin membuat koperasi yang bisa mengelola taman burung itu menjadi produktif. Sebab, pemerintah daerah memang tak bisa mengelola penangkaran burung. Harus melalui izin dari BBKSDA.
"Saya sudah menyiasati juga untuk taman burung itu produktif, dengan mendorong membuat koperasi agar bisa dikelola. Tapi memang kondisi keuangan sangat lesu," ungkap Fauzi.
Untuk pembelian burung tersebut, kata Fauzi lebih jauh, selama ini memang belum ada penganggaran khusus dari APBD Siak. Selama ini burung yang ada di dalam taman burung itu hanya swadaya dari orang yang ingin meletakkan burung peliharaannya di taman itu.
"Tak pernah ada penganggaran burung di taman itu. Jadi selama ini hasil dari swadaya saja," kata dia.
4 petugas jaga satu ekor elang
Untuk menjaga seekor elang di taman burung yang dibangun dengan anggaran Rp3 miliar lebih, Dinas Pariwisata Pemkab Siak mengeluarkan anggaran Rp6 juta per bulannya.
Anggaran Rp 6 juta itu untuk menggaji dua petugas kebersihan dan dua petugas keamanan, masing-masing mendapatkan Rp 1,5 juta per bulan untuk 6 jam bekerja. Jadwal kerja mereka dua di siang hari, dan dua malam hari.
Untuk jadwal pagi sampai siang menurut petugas kebersihan dan taman bernama Darwan yang akrab disapa Iwan, adalah dirinya dan Tugiono.
“Saya biasanya membersihkan toilet, memangkas tanaman yang ada di dalam taman, serta menyapu,” ungkap Iwan yang tinggal di Mempura itu.
Iwan menjelaskan hanya ada satu ekor elang yang kini dijaganya bersama temannya yaitu Taher dan Hendri untuk tugas malam. Burung yang dijaga itu adalah seekor elang.
“Sebelumnya ada merpati, jumlahnya beberapa ekor. Namun, beberapa waktu lalu mati satu per satu terkena penyakit,” jelas Iwan.
Setiap ada merpati yang mati, dilaporkan kepada pihak Dinas Pariwisata. Namun, sampai sejauh ini seperti ini kenyataannya.
Dulu direncanakan taman burung ini lengkap dengan dokter hewan dan tempat perawatan. Dengan fasilitas itu, tentu burung di sini akan sehat.
“Namun, sampaikan sekarang belum kesampaian, kami hanya menjaga seekor elang,” sebut Iwan.
Tag
Berita Terkait
-
Ternyata Ini Jenis Empat Bunga Bangkai yang Tumbuh di Pekarangan Warga Siak
-
Empat Bunga Bangkai Tumbuh di Pekarangan Warga Siak, Ternyata Jenis Suweg
-
Inilah 5 Destinasi Wisata Alam Nusantara yang Masih Jarang Diketahui!
-
Geger Kemunculan 4 Bunga Bangkai di Siak, Warga Ramai-ramai Berfoto
-
Penampakan Anak Burung Elang Jawa di Taman Burung TMII
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
6 Daftar Mobil Bekas Sekelas Honda Brio, Pilihan Logis yang Tak Kalah Stylish
-
Rumah Dinas Wakil Gubernur Riau SF Hariyanto Digeledah KPK
-
Anak Gajah Bernama Laila Mati di PLG Sebanga, Terungkap Penyebabnya
-
Genap 130 Tahun, BRI: Refleksi untuk Kembali Menegaskan Arah Masa Depan Perusahaan
-
7 Mobil Matic Bekas Bodi Mini Mudah Dikendalikan, Cocok buat Pemula