Sementara Datuk Khaidir Muluk menyatakan bahwa Imbo putui itu bukan hutan yang baru, tapi hutan yang turun menurun atau warisan.
Ia menjelaskan bahwa pada awalnya itu adalah hutan larangan. Tidak boleh anak atau kemanakan untuk memasuki nya tanpa izin pimpinan adat.
"Hutan imbo itu terletak di dekat sungai. Sebelum ada perusahaan, itu sungai sangat besar, dalam, hampir mencapai 3 meter. Sejak perkebunan masuk, itu semua berubah," cerita Datuk Khaidir Muluk dalam forum tersebut.
Dahulu, kata dia, sungai adalah tempat transportasi Petapahan ke Pekanbaru lantaran tak ada jalan darat dan hanya dapat diakses melalui jalur air dengan kapal.
Kearifan lokal pun dijaga dari dulu hingga kini dengan menerapkan nilai-nilai terdahulu peninggalan ninik mamak Petapahan.
"Bahkan sampai hari ini terdapat ada makhluk halus seperti ‘nenek’. Imbo Putui dan Pitaliong itu ada berkaitan. Apabila ada perbuatan berzina, hutan akan memiliki cara tersendiri dalam memberikan hukuman kepada masyarakata seperi hilangnya ternak," kisahnya.
Perwakilan Sawit Watch, Andi Inda Fatinaware mengungkapkan bahwa kegiatan tersebut merupakan awal dari langkah advokasi terkait hutan adat Imbo Putui.
Menurut Andi, hal ini merupakan salah satu misi yaitu keadilan sosial ekologis dan pihak yang konsen terhadap permasalahan tersebut diharapkan bersama-sama melakukan pendampingan terhadap masyarakat adat Petapahan untuk memperoleh hak-hak mereka.
"Apapun itu cerita temuan lapangan, bahwa ada pengalaman yang tidak mengguntungkan bagi masyarakat adat. Tapi ini bukan kesalahan masyarakat adat, hanya saja masyarakat terlena akan janji-janji manis atau yang disebut ”Tamakan Dek Ulok” yang dijanjikan oleh perusahaan saat itu," jelasnya dalam sambutan.
Sementara itu, perwakilan Fakultas Pertanian Dr Nurul Qomar SHut MP mengungkapkan bahwa harapannya ke depan tidak sebatas hanya seminar ini, namun adanya keberlanjutan.
"Mahasiswa kami sering melakukan penelitian di Hutan Adat Imbo Putui, kami mengucapkan terima kasih kepada MHA Petapahan yang sudah mau direpotkan oleh kami," terang Nurul Qomar.
Diketahui, acara yang dipandu Tamara Pertiwi ini dilakukan dengan sistem offline dan online melalui zoom meeting. Peserta offline sendiri yang hadir sebanyak 31 orang serta peserta online sebanyak 87 peserta yang hadir.
Berita Terkait
-
Innalillahi, Tokoh Sakai Riau Mohammad Yatim Meninggal Dunia
-
Leani Ratri Oktila Ungkap Keinginan Bangun GOR di Solo, Ini Alasannya
-
Potret Leani Ratri Oktila, Atlet Kelahiran Kampar yang Kini Harumkan Bangsa
-
Terharu Sampai ke Puncak Kompe Kampar, Sandiaga Uno: Kangen ke Raja Ampat, Ke Sini Aja
-
Industri Sawit Indonesia Berpeluang Tingkatkan Keuntungan Melalui Transisi Iklim
Tag
Terpopuler
- Mengenal Klub Sassuolo yang Ajukan Tawaran Resmi Rekrut Jay Idzes
- 6 Pilihan HP RAM 12 GB Dibawah Rp2 Juta: Baterai Jumbo, Performa Ngebut Dijamin Anti Lag!
- Polemik Ijazah Jokowi Memanas: Anggota DPR Minta Pengkritik Ditangkap, Refly Harun Murka!
- 5 AC Portable Murah Harga Rp350 Ribuan untuk Kamar Kosan: Dinginnya Juara!
- Beathor Suryadi Dipecat usai Bongkar Ijazah Jokowi? Rocky Gerung: Dia Gak Ada Takutnya!
Pilihan
-
BREAKING NEWS! Hasil RUPS LIB: Liga 1 Super League, Liga 2 Jadi Championship
-
5 Rekomendasi HP Murah Memori 256 GB Harga di Bawah 2 Juta, Terbaik Juli 2025
-
Timnas Putri Indonesia Gagal, Media Asing: PSSI Cuma Pakai Strategi Instan
-
8 Pilihan Sepatu Gunung Hoka: Cengkeraman Lebih Kuat, Mendaki Aman dan Nyaman
-
Daftar 6 Sepatu Diadora Murah untuk Pria: Buat Lari Oke, Hang Out Juga Cocok
Terkini
-
Didukung BRI, Couplepreneur Sukses Bawa Craftote Tembus Pasar Global
-
BBRI Jadi Primadona Investor: Rekomendasi Buy Mengalir, JP Morgan Tambah Kepemilikan
-
Pembangunan Tol Lingkar Pekanbaru Sepanjang 30 Km Dilanjutkan, Ini Rinciannya
-
7 Pompa Air Murah Rp300 Ribuan: Anti Berisik, Jangan Takut Tagihan Listrik Naik
-
Cek 7 Link DANA Kaget Terbaru, Cuan Awal Pekan Khusus Buatmu