SuaraRiau.id - Tragedi Bintaro 1987 menyimpan cerita memilukan bagi masyarakat. Peristiwa tabrakan kereta api ini merupakan kecelakaan maut dan terburuk dalam sejarah perkeretaapian di Indonesia.
Dalam kecelakaan maut yang terjadi puluhan tahun itu, tepatnya 19 Oktober 1987, sebanyak 156 orang meninggal dan ratusan lainnya mengalami luka-luka.
Kecelakaan kereta api tersebut bermula dari kesalahpahaman kepala stasiun Serpong yang memberangkatkan KA 225 dengan tujuan Jakarta Kota.
Kala itu, tiga jalur kereta yang berada di stasiun Sudimara penuh akibat kedatangan KA 225.
Namun, disisi lain KA 220 yang berada di stasiun Kebayoran juga diberangkatkan tanpa adanya komunikasi yang baik dengan stasiun Sudimara.
Tetapi, kereta api ini berada di jalur sebaliknya yang mengarah ke Sudimara. Kondisi ini memaksa juru langsir di Sudimara harus segera memindahkan lokomotif KA 225 menuju jalur tiga.
Sementara, masinis tidak dapat melihat semboyan dari juru langsir karena sedang ramainya jalur kereta.
Hingga pada akhirnya KA 225 yang membawa 7 gerbong saling bertubrukan dengan KA 220 di Desa Pondok Betung pukul 06.45 WIB.
Berdasarkan peristiwa kecelakaan ini, masinis KA 225 Slamet Suradio disalahkan karena dianggap lalai hingga menjatuhkan banyak korban jiwa atas tragedi kecelakaan kereta api ini.
Slamet mendapat hukuman 5 tahun penjara di Lapas Cipinang dan bebas pada tahun 1993. Namun, setelah menjalani hukuman dan dinyatakan bebas, kehidupan Slamet tidaklah mudah.
Tak hanya dipecat dari jabatannya sebagai masinis pada tahun 1994, bahkan Nomor Induk Pegawai Perkereta apiannya dicabut pada 1996 oleh Departemen Perhubungan Indonesia.
Slamet juga dipaksa untuk menandatangani surat pengakuan bahwa ia tetap menjalankan kereta tanpa intruksi dari PPKA.
Slamet menolak ajuan yang terus menghampirinya, namun ia justru mendapatkan ancaman dari pihak kepolisian.
Dilansir dari akun YouTube Kisah Tanah Jawa, Slamet menegaskan bahwa ia mengatakan berangkat sendiri itu bohong.
“Jadi kalau ada orang mengatakan berangkat sendiri itu bohong, apa untungnya saya memberangkatkan kereta sendiri,” ujar pria kelahiran tahun 1939 tersebut dikutip dari Hops.id--jaringan Suara.com.
Berita Terkait
-
Jumlah Korban Tabrakan Kereta Api di Pakistan Tembus 63 Jiwa, Ada Bayi 1 Bulan
-
Dua Kereta Api di Pakistan Tabrakan, 33 Tewas dan Ratusan Penumpang Luka-luka
-
Viral Kereta Api Tabrak Bus di Solo, Reaksi Penumpang Ini Jadi Sorotan
-
Terjadi Kecelakaan Kereta Api Lagi di Mesir, Hampir 100 Orang Jadi Korban
-
Pemilik Truk yang Sebabkan Kecelakaan Kereta Api di Taiwan Minta Maaf
Terpopuler
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Sunscreen Terbaik Harga di Bawah Rp30 Ribu agar Wajah Cerah Terlindungi
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- 24 Kode Redeem FC Mobile 4 November: Segera Klaim Hadiah Parallel Pitches, Gems, dan Emote Eksklusif
Pilihan
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
-
Bos Pajak Cium Manipulasi Ekspor Sawit Senilai Rp45,9 Triliun
-
6 Kasus Sengketa Tanah Paling Menyita Perhatian di Makassar Sepanjang 2025
-
6 HP Memori 128 GB Paling Murah Terbaru 2025 yang Cocok untuk Segala Kebutuhan
Terkini
-
Profil Tere Liye, Penulis yang 'Kasih Paham' Bupati Siak soal OTT KPK
-
Kekayaan Afni, Bupati Siak yang Disentil Tere Liye Terkait OTT di Riau
-
Momen Bupati Afni vs Tere Liye Debat Panas soal Kasus OTT Gubernur Riau
-
SF Hariyanto Bantah Jadi Saksi Pelapor Terkait OTT Gubernur Abdul Wahid
-
'Jatah Preman' ala Abdul Wahid, Perpanjang Riwayat Korupsi Gubernur Riau