Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Senin, 31 Mei 2021 | 18:03 WIB
Ilustrasi siswa putus sekolah. (Unsplash/Feliphe S)

SuaraRiau.id - Beredar informasi sebanyak 31 siswa SMA/SMK di Kabupaten Bintan Kepulauan Riau (Kepri) putus sekolah gara-gara efek pandemi Covid-19.

Kepala Dinas Pendidikan Kepri, Muhammad Dali mengaku sedang menulusuri kabar kurang mengenakan tersebut.

Kabar yang beredar dari 31 siswa itu, terdiri 25 siswa SMAN 1 Bintan dan 6 siswa SMKN 1 Bintan.

Mereka putus sekolah diduga karena kecanduan game online dan memilih bekerja.

"Sedang ditelusuri. Saya baru tahu informasi itu pagi ini," kata Dali dikutip dari Antara, Senin (31/5/2021).

Dali mengaku pihak SMAN 1 maupun SMKN 1 Bintan, sampai saat ini belum menyampaikan laporan secara resmi terkait 31 siswa putus sekolah tersebut.

Ia akan berkoordinasi dengan kepala sekolah dan orangtua dari 31 siswa itu untuk mengetahui apakah mereka betul-betul putus sekolah atau tidak.

Menurut dia, tidak mudah membujuk mereka jika memang sudah tidak ingin lagi bersekolah.

Dali mengakui pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan sistem daring akibat pandemi Covid-19, membuat siswa lebih banyak menghabiskan waktu bermain gawai di dalam atau luar rumah. Apabila minim pengawasan dari guru dan orangtua, dampaknya sangat buruk bagi si siswa.

Belum lagi kondisi ekonomi terpuruk imbas pandemi ini, sehingga ada sebagian siswa yang lebih memilih bekerja untuk menopang perekonomian keluarga dibanding bersekolah.

"Kita tetap upayakan agar mereka kembali ke sekolah, kalau alasannya kecanduan gawai atau memilih bekerja, harus segera dicarikan solusi bersama," ujar Dali.

Sementara itu, pemerhati anak Provinsi Kepri Muhammad Faizal menyayangkan kabar 31 siswa di Kabupaten Bintan itu putus sekolah.

Dalam Undang-Undang perlindungan anak, katanya, orangtua, pemerintah dan masyarakat harus memastikan anak-anak mengikuti wajib belajar 12 tahun.

Jika salah satu alasan karena kecanduan bermain gawai, harus ada upaya asesmen terhadap 31 siswa tersebut supaya dipulihkan secara psikologis.

"Tak ada alasan putus sekolah, harus ada solusi. Sekarang efek gawai sangat luar biasa bagi anak-anak," imbuhnya.

Dia mendorong komunikasi antara guru dan orang tua ditingkatkan, kalau ada siswa tidak ikut pelaksanaan PJJ selama satu atau dua hari.

Guru harus memberitahukan kepada orang tua siswa, karena mungkin orang tua tak tahu kalau anak mereka bermain game online sepanjang hari, sehingga tidak ikut PJJ.

"Jadi baiknya didalami dulu kenapa 31 siswa itu putus sekolah," kata Faizal.

Secara terpisah, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN 1 Bintan Rencana Ginting membenarkan 25 siswa di sekolahnya putus sekolah, pemicunya rata-rata disebabkan kecanduan gawai dan memilih bekerja.

Pihaknya telah berupaya maksimal menahan agar siswa tersebut tetap bersekolah, namun tidak membuahkan hasil.

"Kami sudah panggil orang tua siswa, bahkan datang langsung ke rumahnya untuk memberikan dorongan dan motivasi. Tapi, tetap saja siswa bersangkutan tak mau sekolah," tuturnya. (Antara)

Load More