Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Minggu, 23 Mei 2021 | 15:15 WIB
Ilustrasi data pribadi. [Shutterstock]

SuaraRiau.id - Beberapa hari ini masyarakat dihebohkan dengan dugaan kebocoran 279 juta data pribadi warga negara Indonesia (WNI) yang diunggah di internet.

Bareskrim Polri pun akhirnya turun tangan. Polisi melalui Direktorat Tindak Pidana Siber atau Dirtipidsiber tengah menyelidiki dengan meminta klarifikasi sejumlah pihak.

Kabareskrim Polri Komjen Pol Agus Adriansyah saat dikonfirmasi, di Jakarta, Minggu, mengatakan dirinya telah memerintah Dirtipidsiber untuk melidik dugaan kebocoran data WNI tersebut.

"Sejak isu bergulir saya sudah perintahkan Dirtipidsiber untuk melakukan lidik hal tersebut," kata Agus dikutip dari Antara, Minggu (23/5/2021).

Disampaikannya, saat ini pihaknya tengah menyiapkan administrasi penyidikan (Mindik) sebagai dasar hukum anggotanya melaksanakan tugas di lapangan.

"Sedang dipersiapkan administrasi penyidikan untuk legalitas pelaksana anggota di lapangan," ujar Agus.

Lebih lanjut, Agus juga menyatakan bahwa upaya penelusuri kebocoran data pribadi WNI tersebut juga dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika, BPJS Kesehatan, serta Direktorat Jenderal Dukcapil, Kemendagri.

"Saat ini dari Kominfo, Kependudukan dan BPJS sedang mendalami hal kebocoran tersebut," katanya.

Sementara itu, Direktur Tindak Pidana Siber Brigjen Pol Slamet Uliadi menyebutkan akan meminta klarifikasi Direktur BPJS Kesehatan terkait kebocoran data tersebut.

"Saya panggil klarifikasi Senin (24/5) Dirut BPJS Kesehatan," kata Slamet.

Belakangan ini publik kembali menerima kabar kebocoran data pribadi. Sebanyak 1.000.002 data pribadi yang kemungkinan adalah data dari Badan Penyelengara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan diunggah di internet.

Akun bernama Kotz memberikan akses download (unduh) secara gratis untuk file sebesar 240 megabite (Mb) yang berisi 1.000.002 data pribadi masyarakat Indonesia.

File tersebut dibagikan sejak 12 Mei 2021. Bahkan, dalam sepekan ini ramai menjadi perhatian publik.

Akun tersebut mengklaim mempunyai lebih dari 270 juta data lainnya yang dijual seharga 6.000 dolar Amerika Serikat. (Antara)

Load More