Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Sabtu, 27 Maret 2021 | 14:14 WIB
Masjid Kuning di Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau / [SuaraRiau.id / Panji Ahmad Syuhada]

SuaraRiau.id - Tempat-tempat bersejarah di Negeri Sri Junjungan Bengkalis seakan tiada habisnya untuk dikunjungi.

Mulai dari sejarah adat budaya Melayu, kejayaan kerajaan Siak, hingga kenangan kelam zaman kolonial Belanda juga terukir di daerah ini.

Kali ini, ada sebuah masjid tertua di Kabupaten Bengkalis yang memiliki sejarah panjang. Masjid yang memiliki usia lebih dari 200 tahun ini dinamakan Mesjid Kuning. Sesuai dengan tulisan di atap masjid

Sarana ibadah yang terletak di Jalan Poros yang dinamakan Jalan Panglima Minal, Bengkalis ini dibangun pada tahun 1817 oleh seseorang yang digelari Panglima Minal, ia berasal dari Batu Sangkar, Sumatera Barat.

Baca Juga: Jelang Ramadan, 3000 Imam dan Marbot di Kepri Diberi Vaksin AstraZeneca

Nama asli panglima tersebut adalah Gombak Bauk. Dalam kisahnya dijelaskan bahwa Gombak Bauk tersebut merantau ke Bengkalis pada masa kejayaan kerajaan Siak.

Masjid yang dibangunnya itu hingga kini masih terawat, meski pun sudah pernah dilakukan pemugaran. Masjid berukuran sedang dengan warna kuning ini berdampingan dengan tanah pekuburan masyarakat Bengkalis.

Saat bertandang ke Bengkalis, Masjid Kuning itu akan terlihat jelas saat melintasi Jalan Poros Bengkalis, tepatnya Jalan Panglima Minal yang menghubungkan jalan dari pelabuhan Ro-Ro ke pusat kota Bengkalis.

Masjid ini memiliki tiga pintu utama, satu di pintu belakang dan dua pintu lainnya berada di samping kiri dan kanan, serta memiliki dua puluh jendela samping dan belakang.

Bagian dalam terdapat ukiran kaligrafi aksara arab serta plafon kayu. Tiang utama berada di tengah-tengah masjid berdiri kokoh sebanyak empat tiang juga berukiran kaligrafi.

Baca Juga: Meski Wabah, Pemprov Kepri Upayakan Masjid Tetap Buka Selama Ramadan

Pengurus masjid Azhar Efendi mengungkapkan sejarah tersebut. Bahkan dalam situs resmi Masjid Kuning yang dikelola oleh pengurus masjid bersejarah ini juga dijelaskan asal mulanya tempat ibadah ini dibangun.

Guna menjaga warisan sejarah itu, pihak pengelola sadar akan edukasi yang berkesinambungan kepada masyarakat.

Sejarah panjang itu telah terukir, panglima pemberantas perompak ini mewarisi sarana ibadah tersebut untuk masyarakat di negeri junjungan Bengkalis.

Menurut Azhar, tibanya Panglima Minal di Bengkalis diawali dengan situasi pada waktu itu bahwa daerah Bengkalis dikuasai oleh lanun atau perampok yang dipimpin oleh Megat yang dikenal mempunyai ilmu kebal.

Mereka sering merampok kapal-kapal yang lewat di sekitar Tanjung Jati dan Selat Bengkalis, kejadian ini sangat meresahkan bagi masyarakat kala itu.

Kemudian pada saat itu, Kesultanan Siak mengeluarkan sayembara tentang barangsiapa yang berhasil membasmi lanun-lanun, maka akan diangkat menjadi panglima di kerajaan.

"Sudah banyak para panglima kerajaan Siak yang mencoba membasmi para lanun, tapi tak ada satupun yang dapat mengalahkan Megat, malah mereka sendiri yang tewas jadi korban," jelas Azhar, belum lama ini.

Pada masa itu, Gombak Bauk sebelum digelari Panglima ketika mendengar sayembara dari Raja langsung pergi secara diam-diam mengunakan perahu ke daerah Tanjung Jati, singkat cerita, di sana dia ketemu dengan para lanun (perampok) dan langsung naik ke atas kapal.

Minal lalu menantang para lanun untuk adu kesaktian. Setelah lanun mengaku kalah dan menyerah panglima Minal lalu membawa para tawanannya kepada Raja Siak.

"Kemudian Raja Siak membuat acara pelantikan guna memberikan gelar pada Panglima Minal. Setelah mendapatkan gelar, ia tinggal di Bengkalis dan mendirikan masjid yang pertama di Kota Bengkalis ini," ceritanya.

Seiring berjalan waktu, masjid yang awalnya terbuat dari kayu tersebut semakin bergairah. Kemudian terus berkembang sampai saat ini dibantu sumbangan masyarakat secara pribadi maupun pemerintah, hingga akhirnya masjid ini berkembang sampai seperti sekarang.

Konon, menurut warga Desa Senggoro, Kecamatan Bengkalis ini, masjid kuning sebenarnya awal dibangun tidak diberi nama oleh Panglima Minal.

Selesai membangun masjid ini Panglima Minal bersama istrinya juga menanam pohon kenanga di sisi kanan dan kiri masjid.

Saat itu, Panglima Minal berkata warna bunga kenanga yang pertama kali berbunga akan di jadikan nama Masjid.

"Ternyata bunga cempaka warna kuninglah yang duluan berbunga, maka panglima Minal memberikan nama Masjid Kuning," kata Azhar.

Pohon inilah kemudian tumbuh besar dan bunga-bunga kenanga berwarna kuning terus berguguran di atas masjid, sehingga lama-kelamaan menutupi masjid tersebut.

Salah satu situs sejarah dan kebudayaan peninggalan tokoh terdahulu ini bisa diakses kapan saja dan oleh siapa saja. Masjid ini masih kokoh berdiri dan digunakan sebagai sarana ibadah umat muslim.

Jika berkunjung ke Kabupaten Bengkalis, masjid ini bisa jadi salah satu referensi tujuan wisata sejarah untuk mengenal lebih dalam kisah-kisah lampau.

Pengurus masjid dan warga setempat juga ramah-ramah dan menjunjung tinggi adab dan adat istiadat kepada para tamu.

Kontributor : Panji Ahmad Syuhada

Load More