Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Selasa, 26 Januari 2021 | 10:36 WIB
Pengamat politik sekaligus dosen Universitas Indonesia (UI), Ade Armando. [Dok SMRC]

“Kaum muslimat di Indonesia baru berjilbab sejak masuknya paham Wahabi, konservatisme Islam, ada gagasan negaran Islam, ada khilafah, dan seterusnya,” tambahnya.

Kendati demikian Ade Armando menegaskan pernyataan tersebut tidak bermaksud menyudutkan kaum muslimat yang berjilbab. Tetapi berjilbab merupakan soal keyakinan dan preferensi yang tidak bisa dipaksakan kepada setiap orang.

Berjilbab atau tidak, sama sekali tidak ada hubungannya dengan kualitas dan integritas seseorang.

“Saya tidak ingin mengatakan berjilbab itu salah atau terbelakang. Tapi berjilbab adalah soal keyakinan dan bahkan soal preferensi. Berjilbab tidak punya korelasi dengan kualitas dan integritas,” tegasnya.

“Berjilbab adalah gaya berpakaian yang tidak ada standar absolutnya. Bahkan ulama besar lulusan Al Azhar, Mesir seperti Profersor Doktor Quraish Shihab tidak menganggap berjilbab itu wajib bagi muslimat. Lihat saja putrinya, Najwa Shihab,” imbuhnya.

Load More