"Justru lebih dan kurangnya karya ini menjadi nilai tersendiri, yaitu kolaborasi tadi. Sehingga ada dialektika yang ditawarkan oleh Harmoni(S)," sambung Rengga.
Karya seni dan kegelisahan lingkungan
Desa Suka Maju dan Cagar Budaya Candi Muaro Jambi jadi lokasi penting dalam proses dibuat dan dipamerkannya karya instalasi ini. Pasalnya dari Desa Suka Maju di Jambi lah tumbuhan resam diambil untuk bahan baku utama karya seni ini. Sedangkan Cagar Budaya Candi Muaro adalah lokasi di mana intalasi ini akan dipajang.
Kedua lokasi ini sudah sejak lama dihadapkan pada ancaman kerusakan lingkungan. Masifnya membukaan lahan untuk perkebunan sawit di Desa Suka Maju sangat dirasakan dampak buiruknya oleh masyarakat di lingkungan sekitar.
Baca Juga: 800 Karya Seni Siap Meriahkan Pameran Art Virtual Jakarta 2020
Di sisi lain, Cagar Budaya Candi Muaro Jambi harus menghadapi keras kepala dan keangkuhan pertambangan batu baru yang sangat meresahkan masyarakat, ditambah kepungan perkebunan sawit juga ikut mengancam.
“Ya, inti nya itu, warning atas dampak perluasan infrastruktur. Ini (karya Harmoni(s)) juga bisa menjadi mitigasi dampak negatif infrastruktur pada ekosistem setempat,” kata Hendra.
Meski dianggap gulma dan menganggu, tanaman resam menjadi penolong bagi masyarakat. Tanaman bernama latin dicranopteris linearis ini kerap dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk membuat beragai macam kerajinan yang bisa diperjualbelikan kepada wisatawan maupun di jual ke kota.
“Adanya kerajinan dari resam ini merupakan bentuk pemanfaatan sampah ekologis budidaya silvikultur. Bisa menjadi road map ekonomi kreatif berbasis gulma meski ironisnya juga menjadi tanda keragaman hayati ekosistem yang terganggu. Istilahnya, berkah misterius dari tragedi deforestasi,” lanjut Hendra.
Instalasi dengan landscape klasik
Baca Juga: Kumpulan Potret Instalasi Karya Seni FKY 2020 di Museum Sonobudoyo
Jika dulu lokasi kompleks Candi Muaro sulit untuk dijamah oleh orang awam, karena nilai kesakralannya, tapi kehadiran instalasi Harmoni(S) ini jadi cerminaan lokasi itu bisa menerima budaya baru.
Berita Terkait
-
Needs You Cafe: Ngopi dengan View Danau Sipin yang Bikin Betah Berlama-lama
-
Bikin Ngiler 6 Makanan Khas Jambi Ini Siap Manjakan Lidahmu dengan Cita Rasa Autentik
-
Cafe Hello Sapa, Kombinasi Sempurna antara Kopi dan Pemandangan Danau Sipin
-
Roy Marten Terlibat Tambang Ilegal di Jambi? Ini Klarifikasinya!
-
Viral Koramil di Jambi Minta Bingkisan Lebaran ke Pengusaha SPBU, Warganet: Memalukan
Terpopuler
- Pemutihan Pajak Kendaraan Jatim 2025 Kapan Dibuka? Jangan sampai Ketinggalan, Cek Jadwalnya!
- Emil Audero Menyesal: Lebih Baik Ketimbang Tidak Sama Sekali
- Forum Purnawirawan Prajurit TNI Usul Pergantian Gibran hingga Tuntut Reshuffle Menteri Pro-Jokowi
- 5 Rekomendasi Moisturizer Indomaret, Anti Repot Cari Skincare buat Wajah Glowing
- Kata Anak Hotma Sitompul Soal Desiree Tarigan dan Bams Datang Melayat
Pilihan
-
Emansipasi Tanpa Harus Menyerupai Laki-Laki
-
Laga Sulit di Goodison Park: Ini Link Live Streaming Everton vs Manchester City
-
Pemain Keturunan Jawa Bertemu Patrick Kluivert, Akhirnya Gabung Timnas Indonesia?
-
Jadwal Dan Rute Lengkap Bus Trans Metro Dewata di Bali Mulai Besok 20 April 2025
-
Polemik Tolak Rencana Kremasi Murdaya Poo di Borobudur
Terkini
-
Link DANA Kaget Gratis, Tambahan Modal Jalan-jalan Liburan Akhir Pekan
-
Sambut Hari Kartini, PNM Dukung Perempuan Sehat dan Mandiri sebagai Pilar Indonesia Emas 2045
-
Survei RiauOnline Ungkap Kemampuan Agung Nugroho-Markarius Anwar Pimpin Pekanbaru
-
Fakta-fakta Viral Dugem di Sel: 14 Tahanan Diperiksa hingga Kepala Rutan Pekanbaru Dicopot
-
Kesempatan Ditransfer Ratusan Ribu, Buruan Ambil DANA Kaget Kamis 17 April 2025