Sang Pejuang Kesehatan Meninggal, 4 Janji Tulus dr Tigor Silaban Ini Bikin Haru

Kiprah Dokter Tigor Silaban di pedalaman Papua pun menjadi legenda.

Eko Faizin
Selasa, 10 Agustus 2021 | 11:45 WIB
Sang Pejuang Kesehatan Meninggal, 4 Janji Tulus dr Tigor Silaban Ini Bikin Haru
Tigor Silaban semasa hidup dan istri. [Facebook Tigor Silaban]

SuaraRiau.id - Dokter Tigor Silaban dikenal sebagai sosok yang mengabdikan dirinya sebagai dokter di bumi cenderawasih, Papua. Ia dikenal sebagai dokter yang bersedia untuk tidak dibayar saat bertugas di wilayah terpencil dan pelosok.

Kiprah Dokter Tigor Silaban di pedalaman Papua pun menjadi legenda. Tigor mengobati pasien di wilayah pelosok tanpa memedulikan bayaran yang dia terima.

Meski dia juga memiliki kesempatan untuk mengabdi di tempat lain dengan nilai gaji yang fantastis. Tapi Tigor tidak melakukannya.

Janji kepada Tuhan yang dituliskan Dokter Tigor Silaban. [Twitter @darmaningtyas]
Janji kepada Tuhan yang dituliskan Dokter Tigor Silaban. [Twitter @darmaningtyas]

Namun, ia kini berpulang menghadap Sang Kuasa pada Sabtu (7/8/2021) setelah berjuang melawan Covid-19.

Pada tahun 1978, mendiang Tigor Silaban membuat sebuah janji kepada Tuhan yang dia ketik dalam sebuah kertas seperti yang diihat di akun twitter Pengamat Transportasi Darmaningtyas di @darmaningtyas, Sabtu (7/8/2021):

Janji Kepada Tuhan

Kalau Tuhan meluluskan saya sebaai Dokter di FKUI, saya berjanji kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh dan dengan sepenuh hati dan akal budi saya , bahwa:

  1. Saya akan bekerja sebagai Dokter di tempat yang jauh sekali dari Jakarta, dan saya akan bekerja lebih banyak di daerah-daerah pedalaman.
  2. Saya tidak akan pernah membuka pratek Dokter swasta/ mandiri/ partikelir.
  3. Saya tidak akan pernah meminta uang jasa kepada masyarakat ataupun perorangan atas pekerjaan Dokter saya.
  4. Saya hanya akan bekerja sebagai Dokter di institusi pemerintah atau swasta, dan merekalah yang harus membayar saya sesuai dengan hak saya.

Demikianlah janji ini saya ucapkan pada hari Minggu tanggal 15 Januari 1978 jam 23.00 WIB di tepi pantai Ancol, semoga kiranya Tuhan akan selalu menolong dan menguatkan saya dalam menjalankan janji ini. Jakarta , 15 Januari 1978

Saya yang berjanji,
(==Tigor Silaban==)

Semasa muda, Tigor tak menyangka jika kuliahnya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada 1972 terus berlanjut.

Ia mengaku malas mempelajari teori dalam perkuliahan. Jika ia gagal dan harus tinggal kelas rencananya ia akan pindah kuliah di Fakultas Teknik Arsitektur, mengkuti jejak ayahnya Friedrich Silaban sebagai arsitek. Friedrich adalah perancang Masjid Istiqlal.

Lulus dari UI, ia menjadi tenaga kesehatan di Puskemas Bokondini mulai tahun 1979. Jauh dari keramaian Jakarta, puskesmas itu ada di pedalaman Kabupaten Jayawijaya. Namun, di tengah keterbatasan infrastruktur, sarana transportasi, dan rawan gangguan keamanan, Tigor tidak pernah menyesali pilihannya.

Suami dari Joan Maureen Tielman ini sangat mencintai Papua. Di setiap unggahannya di laman Facebook pribadinya yakni Tigor Silaban, dia selalu menuliskan kata-kata “I Love Papua”.

Rupanya Tigor memang sangat mencintai Papua. Dia kuat berjalan kaki menapaki gunung dan sungai hingga berhari-hari agar warga pedalaman Papua mendapatkan akses kesehatan yang sama.

Tigor juga mengembangkan radio komunikasi yang sangat membantu untuk koordinasi dengan Jayapura dan daerah-daerah terpencil. Tigor pun membangun jaringan radio di seluruh puskesmas.

Radio ini juga dipakainya untuk berkomunikasi dengan ayahnya di Bogor. Semasa berpacaran dengan Joan Tielman yang berada di Surabaya, di antaraya dijalani lewat radio.

Puskesmas tempat Tigor bertugas, cuma dibangun dengan kayu, berlantai tanah, dan beratap rumbai. Untungnya masyarakat di Wamena sadar kesehatan, mereka mau menyisihkan seribu rupiah untuk asuransi lokal tiap tahun. Asuransi ini dilakukan selama tiga tahun setelah pemerintah menyediakan anggaran kesehatan masyarakat.

Kesetiaannya kepada Papua mendapat pengakuan banyak kalangan. Hingga akhirnya pensiun tahun 2017 sebagai PNS, ada 38 tanda jasa yang disematkan kepada lelaki kelahiran Bogor pada 1 April 1953 itu. Dia juga tercatat pernah menjabat Kepala Dinas Kesehatan Papua.

Lewat jam terbang tinggi melayani warga di berbagai medan. Tigor berhasil melahirkan banyak program pelayanan kesehatan di Papua. Salah satu yang terkenal adalah program jaringan kesehatan paralel.

Program kesehatan ini melatih tenaga nonkesehatan di daerah pedalaman, seperti perwakilan gereja. Mereka nantinya bakal membantu beragam pelayanan kesehatan, seperti pemberian makanan bergizi bagi anak hingga sosialisasi kelambu pencegah demam berdarah dan malaria.

Direktur RSUD Dok II Jayapura dr Aloysius Giyai mengenang Tigor sebagai mentor baik hati dan melahirkan banyak kader tenaga kesehatan di Papua.

”Beliau tetap berkarya hingga akhir hayatnya. Hingga kepergiannya, beliau masih bertugas sebagai konsultan kesehatan di Kabupaten Lanny Jaya,” kata Aloysius dikutip dari Hops.id--jaringan Suara.com, Senin (9/8/2021).


Kini teladan dari tanah Papua itu telah berpulang menghadap Tuhan yang Maha Kuasa. Dokter Tigor wafat setelah berjuang melawan Covid-19 pada Sabtu (7/8/2021).

Hal ini dibenarkan oleh Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih.

“Iya benar (dokter Tigor Silaban meninggal dunia), karena Covid-19,” ujar Daeng.

Daeng mengatakan Tigor Silaban meninggal dunia pada Jumat (6/8/2021) malam. “(Meninggal) semalam kira-kira jam 23.00 waktu Papua,” ungkap Daeng.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini