SuaraRiau.id - Kabar adanya harta kartun peninggalan China di Kecamatan Bunguran Batubi, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau membuat masyarakat mendatangi lokasi tersebut.
Bahkan, setiap harinya masyarakat Natuna baik dari Kecamatan Batubi maupun dari luar Batubi, berbondong-bondong datang ke daerah Sedarat dan Sebangkar Desa Semedang-Batubi.
Mereka bertaruh nasib mendapatkan benda-benda sejarah yang diduga peninggalan pedagang dari negeri Tiongkok tersebut.
Drajat, warga asal Desa Sedarat Baru, Kecamatan Batubi menceritakan kisahnya dalam perburuan harta karun peninggalan Tiongkok yang diduga berasal dari Dinasti Ming.
Drajat bersama rekan-rekannya yang berjumlah 5-6 orang berangkat untuk mencari harta karun tersebut pada malam hari setelah salat tarawih.
"Biasanya malam, kalo pas belum masuk bulan puasa kemaren siang hari," ucapnya dikutip dari Batamnews.co.id--jaringan Suara.com, Kamis (15/4/2021) sore.
Mereka menyiapkan bekal besi berukuran panjang sekitar satu meter hinga satu setengah meter dan cangkul.
Kemudian langsung menuju lokasi di daerah Sedarat dan Sebangkar yang jaraknya sekitar 1 Km dari desa mereka.
Sesampainya di lokasi mereka harus masuk ke dalam hutan untuk mencapai lokasi. Setibanya dilokasi mereka mulai menusukan besi yang mereka bawa tersebut ke dalam tanah.
"Kalau terasa keras dan bunyinya lain berarti itu ada harta karunnya, dan biasanya dalam satu areal penemuan itu bukan hanya satu tapi bisa sampai 7 sampai 20 artefak kita temui," ujar dia.
Artefak yang dimaksud kebanyakan berupa barang-barang porselen berupa piring, mangkok, guci kecil, cangkir, emas berbentuk perhiasan hingga batangan emas.
"Kalau yang barang porselen yang paling mahal dan di cari orang yang berukir naga, itu bisa sampai Rp 200 juta harganya," kata Drajat.
Selain berukir naga, ada juga yang berukir dua ikan mas dan satu ikan mas, di mana setiap ukiran tersebut merupakan ukiran timbul (relief).
Menurut keterangan sejumlah warga, kebanyakan hasil penemuan mereka yang berupa alat alat porselen tersebut berasal dari Dinasti Ming.
Hal tersebut mereka ketahui dari beberapa kolektor barang antik yang datang ke Batubi untuk melihat dan membeli barang antik hasil dari penggalian warga tersebut.
Sejauh ini belum ada respon khusus dari pemerintah daerah setempat terkait peninggalan purbakala yang mulai dijarah para pemburu, dan ditampung para kolektor.