Lalu, dia juga dianggap Istana sebagai frontliner atas langkah vaksinasi yang belakangan digenjot oleh Pemerintah.
Tetapi sayang, dia justru dianggap tak menjaga sikapnya. Faktor kedua, yakni tak diterapkannya protokol kesehatan pada gelaran pesta tersebut. Itu berlaku baik bagi Raffi, Ahok, dan sejumlah selebriti lain.
“Malah dia tak jaga protokol kesehatan, dan tertangkap screenshoot yang diunggah dari sebuah akun IG Stroy. Kalau kita mau bicara equality, ini pelanggaran kayak gini diproses enggak oleh polisi?” kata dia.
Dia lantas membandingkan kasus Raffi Ahmad dan Ahok dengan kerumunan yang melibatkan pentolan FPI Habib Rizieq Shihab. Di mana beliau beserta sejumlah orang justru diamankan dan ditetapkan sebagai tersangka.
Padahal di satu sisi, di kerumunan yang libatkan Habib Rizieq sudah terdapat petugas mulai dari Satpol PP, TNI/Polri, namun tidak berupaya melakukan pembubaran acara jika dianggap perlu.
BNPB, kata Refly, justru mengendorse acara Habib Rizieq itu dengan membagikan masker kepada para pengunjung.
“Makanya sejak awal saya bilang kasus seperti ini seharusnya didekati dari sudut pandang administratif. Tentu preventif juga, dengan sosialisasi, imbauan, dan sebagainya. Nah kalau melawan petugas baru sanksi pidana yang dikenakan. Kalau semua mau dipidanakan, bisa-bisa penjara penuh.” ujar Refly.
Sedangkan apabila polisi hanya menyasar kerumunan terhadap satu dua orang saja, maka patut dicurigai jika tak ada kesamaan di depan hukum.
“Apalagi di dalam kasus pesta itu kita tahu, DKI sedang adakan pengetatan. Mungkin saja mereka anak emas negara, sehingga tak mungkin diapa-apakan, diotak-atik dan sebagainya,” sambungnya.