Niat Deni Apriadi, Kenalkan Budaya Siak lewat Karya Batik

Tak hanya warisan bangunan bersejarah dan tenunnya, Siak kini punya Batik Siak yang patut diapresiasi.

Eko Faizin
Senin, 02 November 2020 | 17:44 WIB
Niat Deni Apriadi, Kenalkan Budaya Siak lewat Karya Batik
Kolase foto Deni Apriadi mengenakan batik Muhammad Bertangkup (kiri) dan karya batiknya bernama Malay Heartbeat. [Istimewa]

SuaraRiau.id - Provinsi Riau mempunyai keragaman budaya yang patut dilestarikan, apalagi Kabupaten Siak sebuah negeri bersejarah di tepian sungai. Keberadaannya patut dilestarikan dan digaungkan kepada khalayak ramai.

Tak hanya warisan bangunan bersejarah dan tenunnya, Siak kini punya Batik Siak yang patut diapresiasi.

Seorang warga Kampung Dalam, Kecamatan Siak, Kabupaten Siak Provinsi sudah dua tahun menggeluti usaha Batik Siak.

Warga tersebut bernama Deni Apriadi (33). Pemuda yang akrab dipanggil Deni ini awalnya membuat kaos tertemakan tentang Siak. Ketika itu kaos bergambar Istana Siak dan Sultan Siak.

Ia mengaku membuat batik Siak terinspirasi secara spontan. Deni menjelaskan bahwa sepengetahuan dirinya selama ini Siak dikenal dengan tenun, belum ada yang menekuni khusus batik.

"Untuk motif-motif batik idenya saya ambil dari lambang Kerajaan Siak, seperti Naga Bertangkup, Muhammad Bertangkup, Rumah Limas Melayu, Motif tenun dan frame Jendela Istana Siak tempo dulu," ujarnya kepada SuaraRiau.id, Sabtu (31/10/2020).

Namun, ia punya baju batik andalan namanya Malay Heartbeat. Nama itu, kata dia, diartikan sebagai detak jantung Melayu. Dibuat ini ada motif Kerajaan Siaknya dan simbol detak jantung. Desain itu lebih menunjukkan identitas Siak.

Hingga saat ini, dirinya mengaku sudah mendesain 40-an desain batik Siak. Namun menurutnya belum sempat dicetak semua.

"Belum semua saya cetak. Baru stok desain," ujar lelaki beranak 3 tersebut.

Dirinya bersyukur sejauh ini batik motif Siak yang didesain diapresiasi dengan baik. Terbukti banyak yang suka dengan batik itu, karena ada pembeli yang pesan lebih dari sekali.

"Pembeli batik, Alhamdulillah udah sampai keluar Siak, di antaranya Pekanbaru, Dumai juga, walaupun jumlahnya belum banyak," terang Deni.

Keterbatasan produksi
Disinggung soal toko, dirinya mengaku belum punya. Honorer Pemkab Siak ini mengaku menjual produknya hanya lewat media sosial. Pembeli bisa melihat batik hasil karya Deni di Instagram @batik.zen.

"Pembelian masih dengan cara online. Lewat WhatsApp, Facebook dan Instagram," jelasnya.

Deni mengakui keterbatasan produk batik miliknya. Batiknya baru batik printing, itupun menurutnya belum bisa mencetak sendiri. Proses cetak masih di tempat orang.

Menurutnya, dalam mendesain, ia hanya menggunakan notebook. Perangkat itu tentunya tidak direkomendasikan untuk mendesain.

"Tapi saya memanfaatkan alat apa yang ada dulu," cerita Deni.

Selain punya keterbatasan perangkat proses pembuatan batik dirinya juga ingin pemerintah memperhatikan UMKM dengan serius. Apalagi di tengah pandemi saat ini.

Sebab tak hanya usahanya, UMKM yang lain juga terdampak pandemi Covid-19.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini