SuaraRiau.id - Menjadi pengrajin emas sudah menjadi kegiatan Rio Permana (27) hampir setiap hari di Kota Pekanbaru.
Sebelum menjadi pengrajin emas, pemuda asal Sumatera Barat (Sumbar) ini keseharian adalah kuli bangunan di kampungnya, Pariaman.
"Sebelumnya saya kuli bangunan di kampung, paman yang kebetulan punya toko emas mengajak saya ke Pekanbaru," kata Rio saat dijumpai di rumahnya Jalan KH Ahmad Dahlan, Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Sukajadi, Pekanbaru, Riau, Jumat (16/10/2020).
Ceritanya berawal tahun 2012 saat dirinya hijrah ke Pekanbaru. Hampir setiap hari Rio datang ke toko emas milik pamannya dan sering memperhatikan para pengrajin emas bekerja.
Di sana Rio tertarik dan mulai belajar dengan kakaknya yang juga seorang pengrajin pandai emas.
Perlu 9 bulan belajar hingga mahir.
"Pertama kali saya belajar membuat kalung emas, awalnya emang agak gugup, namanya juga pemula," candanya.
Menurut Rio, saat ini sering mendapat orderan atau pesanan seperti kalung, cincin dan gelang dari beberapa toko emas di Pekanbaru.
Biasanya jika ada pesanan, Rio mengaku dapat bekerja dari pukul 08.00 WIB hingga jam 18.00 WIB. Kadang-kadang, dirinya harus bekerja sampai larut malam saat orderan atau pesanan lagi banyak.
Rio juga menyebutkan, di rumah tempat tinggalnya saat ini, ia mengerjakan pesanan dari toko emas, ia mendapat upah Rp 50 ribu hingga Rp 200 ribu per item, tergantung tingkat kesulitan yang akan dibuat.
Biasanya, orderan selalu ada dan pendapatannya per bulan mencapai Rp 4 juta. Namun sejak pandemi terjadi, orderan atau pesanan sedikit dan pendapatannya menurun hingga 50 persen.
"Alhmadulillah, sampai saat ini orderan dan pesanan selalu ada," tutupnya.
Kontributor: Wahyudi