Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Minggu, 18 Mei 2025 | 06:55 WIB
Ilustrasi: Waspada Pancaroba, Sudah 392 Warga Pekanbaru Terjangkit DBD.

SuaraRiau.id - Provinsi Riau khususnya Pekanbaru memasuki musim pancaroba, cuaca terkadang panas terik, kemudian tiba-tiba turun hujan.

Warga Pekanbaru diminta waspadai musim ini lantaran kondisi tersebut menjadi lahan subur untuk pertumbuhan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

Plt Kepala Dinas Kesehatan Pekanbaru, dr Fira Septiyanti menyatakan pihaknya mencatat jumlah kasus DBD di wilayah setempat terus meningkat.

Terbukti sejak Januari hingga pekan ke-18 tahun 2025 sebanyak 392 jiwa terjangkit penyakit yang ditularkan nyamuk Aedes aegypti.

Baca Juga: Pekanbaru dan Dumai Jadi Daerah dengan Kasus DBD Terbanyak di Riau

"Ini peringatan untuk kasus DBD sudah mencapai 392 kasus yang menyerang warga," ujar Fira dikutip dari Antara, Sabtu (17/5/2025).

Menurutnya, penambahan kasus terbanyak pada pekan lalu atau pekan ke-17, ini bisa jadi dikarenakan musim panas dan hujan yang terjadi secara berdekatan.

Hal ini membuat telur-telur nyamuk Aedes aegypti yang bersarang pada wadah terbuka menetas dan berubah menjadi larva kemudian nyamuk dewasa.

"Peningkatan kasus banyak pada pekan ke -17 sebanyak 23 orang dan pekan ke-18 sebanyak 21 orang," ucap dokter Fira.

Ia menyampaikan bahwa total penderita DBD hingga saat ini merupakan akumulasi dari 371 kasus sebelumnya, ditambah 21 kasus terbaru pada pekan ke-18.

Baca Juga: Waspada! Kasus DBD di Pekanbaru Tertinggi se-Riau

"Kecamatan Payung Sekaki menjadi wilayah dengan jumlah kasus tertinggi yakni 48 kasus. Disusul Marpoyan Damai sebanyak 40 kasus, Tenayanraya 38 kasus, dan Rumbai 37 kasus. Sementara itu, Kecamatan Kulim mencatat jumlah kasus terendah dengan 11 kasus," terangnya.

Fira mengungkapkan jika hingga pekan ke-18, tidak ada kasus kematian akibat DBD yang dilaporkan di seluruh kecamatan.

"Dari data, proporsi kasus DBD menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa penderita laki-laki sedikit lebih banyak, yaitu 49 persen, sementara perempuan mencakup 51 persen kasus," katanya.

Untuk itu, kata Fira, Dinas Kesehatan Pekanbaru mengimbau masyarakat untuk terus menjaga kebersihan lingkungan dan melakukan 3M Plus sebagai langkah pencegahan, mengingat penyebaran nyamuk Aedes aegypti dapat meningkat terutama pada musim hujan.

Diberitakan sebelumnya, Wali Kota Pekanbaru Agung Nugroho mengeluarkan Surat Edaran Nomor 31/SE/2025 tentang Kewaspadaan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Pekanbaru.

Surat edaran ini ditujukan kepada pimpinan lembaga institusi pemerintah, swasta, BUMN, BUMD, kepala perangkat daerah, kepala institusi pendidikan, pimpinan kantor swasta, camat, lurah, hingga masyarakat Kota Pekanbaru.

Dalam surat edaran tersebut, Agung Nugroho meminta seluruh pihak berpartisipasi aktif dalam upaya pencegahan DBD, mengingat tingginya angka kejadian penyakit tersebut di Pekanbaru pada periode Januari hingga April 2025.

Upaya pencegahan yang diminta, meliputi pemberantasan sarang nyamuk melalui metode 3M Plus, yaitu menguras dan menyikat bak mandi atau kolam air minimal seminggu sekali, menutup rapat tempat penampungan air seperti tempayan dan tandon, serta memanfaatkan atau mengubur barang bekas yang dapat menampung air hujan.

Masyarakat diimbau untuk menghindari gigitan nyamuk dengan memakai anti nyamuk, menggunakan kelambu, memelihara ikan pemakan jentik, menanam tanaman anti nyamuk, serta rutin mengganti air vas bunga, dispenser, tempat minum burung, dan tempat-tempat penampungan air lainnya.

17 orang meninggal di Riau akibat DBD

Sementara itu, Dinas Kesehatan Riau mencatat sebanyak 17 orang dilaporkan meninggal dunia dari 1.471 kasus DBD di 12 kabupaten/kota yang terjadi sejak Januari hingga akhir April 2025.

Kepala Dinas Kesehatan Riau, drg Sri Sadono Mulyanto menyampaikan Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) menjadi wilayah paling terdampak dengan 6 korban jiwa.

Kemudian disusul Kabupaten Kampar, Rokan Hulu (Rohul) dan Kota Dumai masing-masing 3 orang serta Siak dan Pekanbaru masing-masing melaporkan 1 kasus kematian.

"Kami turut prihatin atas kejadian ini. Data hingga 31 April menunjukkan adanya tren peningkatan yang perlu menjadi perhatian bersama," katanya, Jumat (17/5/2025).

Sri Sadono menuturkan jika faktor lingkungan masih menjadi penyebab utama penyebaran virus dengue, yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti.

"Masyarakat perlu lebih peduli menjaga kebersihan lingkungan. Upaya pencegahan perlu dilakukan sejak dini agar nyamuk tidak punya tempat berkembang biak," ujarnya.

Sebagai langkah konkret, Dinas Kesehatan kembali mengaktifkan peran kader Juru Pemantau Jentik (Jumantik) di berbagai wilayah. (Antara)

Load More