Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Selasa, 18 Maret 2025 | 13:36 WIB
Sempat Pusing Tujuh Keliling, Gubri Wahid Kembali Buka Suara soal Defisit Anggaran. [Suara.com/Rahmat Zikri]

SuaraRiau.id - Gubernur Riau (Gubri) Abdul Wahid kembali buka suara terkait polemik defisit APBD 2025 yang tengah dihadapi di provinsi yang dipimpinnya.

Meski demikian, orang nomor satu di Bumi Lancang Kuning itu berjanji akan mengutamakan hal-hal yang bersifat pelayanan publik di tahun 2025.

Terbaru, Abdul Wahid mendatangi Kantor Kejati Riau untuk membahas dan mengkomunikasikan berbagai program kerja tahun 2025 yang bersifat urgen dan yang bisa ditunda hingga tahun depan.

Beda Gubri Wahid yang Pusing, Wakilnya Malah Santai Tanggapi Defisit Anggaran. [Suara.com/Rahmat Zikri]

Usai pertemuan, kepada awak media Abdul Wahid mengungkapkan bahwa kunjungannya bertujuan untuk mengevaluasi sejumlah kegiatan yang bersifat mendesak serta mempertimbangkan penundaan beberapa program hingga tahun depan.

Baca Juga: Beda Gubri Wahid yang Pusing, Wakilnya Malah Santai Tanggapi Defisit Anggaran

Menurutnya, kondisi keuangan daerah harus disesuaikan dengan situasi yang ada agar penggunaan anggaran lebih efektif dan tepat sasaran.

Wahid menjelaskan, meskipun APBD 2025 telah disahkan sebesar Rp 9,6 triliun, namun akibat pengurangan dan pendapatan yang tidak terealisasi akan mengalami defisit anggaran lagi hingga Rp1 triliun lebih.

"Kondisi ini berupa hutang 2024 yaitu tunda bayar, gaji pegawai dan tunda salur yang jika di akumulasikan sekitar Rp2,2 triliun. Jika kegiatan di tahun 2025 tidak kita rasionalisasikan maka akan terjadi defisit hingga Rp3,5 triliun," jelasnya.

Ditanya soal usulan anggaran pembangunan rumah Kejati Riau yang mencapai Rp10 miliar dan hibah vertikal, Abdul Wahid mengaku akan melakukan evaluasi dan akan memprioritaskan perbaikan jalan dan fasilitas umum lainnya.

Gubernur mengakui bahwa keterbatasan anggaran akan berdampak pada pembangunan infrastruktur. Namun, ia memastikan bahwa kebutuhan masyarakat tetap menjadi prioritas utama.

Baca Juga: Abdul Wahid Sosok Gubri Didukung UAS, Kini Pusing Mikirin Defisit APBD Capai Triliunan

"Beberapa proyek infrastruktur mungkin terdampak, tetapi saya jamin tidak ada jalan yang putus dan tidak bisa dilewati. Ini menyangkut kepentingan ekonomi masyarakat, sehingga pelayanan publik tetap kami dahulukan," kata Wahid.

Meski demikian, ia memastikan bahwa hingga saat ini belum ada pemotongan Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP) dan untuk THR akan dibayarkan sebelum Lebaran.

"Untuk TPP belum ada namun hal itu salah satu bagian yang perlu dikoreksi. Untuk THR itu kan perintah presiden dan akan kita bayarkan sebelum lebaran," tegasnya.

Wagubri SF Hariyanto sebut masalah klasik

Sebelumnya, Wakil Gubernur Riau (Wagubri) SF Hariyanto menegaskan bahwa defisit anggaran yang terjadi adalah hal biasa.

Diketahui, Gubri Wahid mengaku pusing tujuh keliling karena terjadi defisit APBD Riau. Hal itu disampaikan dalam Forum Konsultasi Publik RPJMD 2025-2029 dan RKPD 2026, Rabu (13/3/2025).

Menanggapi itu, SF Hariyanto mengungkapkan jika kondisi tersebut merupakan masalah klasik akibat ketidakseimbangan antara penerimaan dan pengeluaran daerah yang mana tidak tercapainya penerimaan pertahun.

Kepada awak media, dia menjelaskan bahwa pada 2023, Riau awalnya diproyeksikan menerima dana sebesar Rp1,6 triliun.

"Namun, pada tahun 2024 realisasi penerimaan tidak tercapai yang hanya Rp200 miliar. Akibatnya, terjadi selisih pendapatan yang berdampak pada belanja daerah," katanya.

SF menegaskan agar masyarakat tidak terlalu mempermasalahkan ini karena masih wajar dan ada sumber dana lain yang belum masuk dari pemerintah pusat.

Lebih lanjut, SF Haryanto juga mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang berpengaruh adalah kebijakan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) yang tengah menggalakkan produksi 1 juta barel minyak perhari.

Menurut PHR, target  ini membutuhkan biaya operasional tinggi, yang berdampak pada pembagian deviden kepada daerah.

"Saya yakin jika dana dari pusat sudah masuk, defisit ini bisa tertutup dan saya dan pak Gubernur akan menyelesaikannya," jelasnya.

Selain karena PHR, defisit juga dipicu oleh pendapatan pajak kendaraan yang hanya mencapai 58 persen.

"Saya yakin hal ini akan bisa diselesaikan karena ia dan Gubri punya dasar program yang jelas," tegas mantan Sekda Riau itu.

Kontributor : Rahmat Zikri

Load More