Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Jum'at, 24 November 2023 | 19:55 WIB
Ilustrasi kasus KDRT. [Unsplash/Keenan Constance]

SuaraRiau.id - Kesenjangan finansial dalam rumah tangga hanyalah salah satu faktor yang berperan pada kerentanan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Psikolog Klinis Forensik lulusan UI, A Kasandra Putranto menyatakan bahwa suami mungkin merasa insecure sehingga akhirnya berusaha untuk menampilkan reaksi yang sifatnya ingin menunjukkan kekuasaan.

"Ketika perempuan mungkin punya penghasilan yang lebih tinggi, lalu suaminya punya penghasilan yang lebih rendah, yang paling umum terjadi biasanya suami ini mungkin merasa insecure sehingga akhirnya berusaha untuk menampilkan reaksi yang sifatnya ingin menunjukkan kekuasaan," katanya kepada Antara, Jumat (24/11/2023).

Menurut Kasandra, untuk menghindari konflik yang memicu kekerasan dibutuhkan komunikasi dan toleransi masing-masing pihak.

"Ketika toleransi (dari pihak salah satu pihak) itu rendah, lalu pihak lainnya penerimaannya juga rendah, maka otomatis maslaah ini akan bertambah," ujarnya.

Kasandra menyampaikan jika konflik akibat kesenjangan finansial itu akan semakin berkembang apabila sumber pendapatan hanya bergantung pada pendapatan istri.

"Apalagi kalau sandwich generation yang terjepit harus menanggung anak dan orang tua, belum lagi kalau ada adik-adik. Ini akhirnya berpotensi mengandung konflik," ujarnya.

Namun, Kasandra menekankan bahwa kekerasan dalam rumah tangga tidak hanya dipicu oleh faktor finansial, melainkan faktor psikologis, serta faktor sosial.

Tidak hanya tekanan dari lingkungan keluarga, Kasandra mengatakan bahwa tekanan dari masyarakat sekitar juga dapat memicu kekerasan dalam rumah tangga.

"Netizen juga sering berperan ya ketika tahu 'oh suaminya di rumah, istrinya yang kerja kenapa istrinya yang kerja suaminya yang di rumah' itu bisa memberikan tekanan," sebutnya.

Load More