SuaraRiau.id - KDRT tak hanya berupa kekerasan fisik, tetapi juga berupa serangan secara psikis, emosional, dan tindakan lainnya yang bias mempengaruhi mental seseorang.
KDRT tak hanya dialami perempuan, bisa saja juga terjadi pada laki-laki atau anak-anak bahkan orang tua.
Namun, permasalahannya banyak orang yang kesulitan keluar dari lingkaran pelaku kekerasan.
Melansir Hersstory, berikut 3 fase yang terjadi dalam KDRT hingga membuat korbannya sulit keluar dari lingkaran kekerasan dalam rumah tangga Moms!
1. Fase ketegangan
Pada fase ketegangan, mulai menumpuk banyak permasalahan yang dapat membuat pelaku kekerasan merasa stres dan frustasi. Fase ini akan berlanjut pada hilangnya pengendalian diri serta emosi pelaku.
Pada fase tersebut, biasanya korban KDRT akan mencoba untuk meredam ketegangan yang terjadi. Korban juga akan merasakan cemas yang berlebih karena takut membuat pasangannya menjadi marah.
2. Fase kekerasan
Demi melepaskan ketegangan yang terjadi, pelaku KDRT akan mulai menghilangkan kendali diri mereka dengan meluapkan segala amarah seperti membanting barang-barang, mengancam akan menyakiti, hingga melakukan kekerasan mental bahkan fisik kepada korbannya.
Pelaku kekerasan akan mengalihkan kesalahan yang diperbuatnya dengan menyalahkan korbannya karena telah menyulut emosinya hingga membuatnya merasa sangat marah.
Baca Juga: Gara-gara Kasus KDRT, Riuh Warganet Sebut Rizky Billar Beban Lesti Kejora
3. Fase penyelesaian atau bulan madu
Setelah insiden kekerasan tersebut, pelaku akan mulai memperbaiki keadaan agar korban merasa tak tersakiti oleh perilakunya. Dia akan menawarkan hadiah, bersikap sangat baik, dan selalu penuh kasih sayang serta perhatian.
Fase yang terjadi tersebut serupa fase awal sebuah hubungan di mana terdapat perasaan yang meluap-luap di dalamnya. Sehingga, korban KDRT pun kembali memiliki perasaan cinta yang positif kepada pelakuk kekerasan, seolah-olah semuanya kembali normal.
Fase ketiga tersebut adalah fase yang membuat korban KDRT terjebak dalam lingkaran yang sama secara terus-menerus tanpa bisa keluar darinya. Karena, setelah fase ketiga usai, maka akan mulai muncul alasan-alasan yang dibuat oleh pelaku KDRT tentang mengapa ia sampai bertindak terlalu jauh yang akhirnya juga akan diterima oleh korban.
Tag
Berita Terkait
-
Solidaritas untuk Kebebasan Pers, Jurnalis Jambi Gelar Aksi
-
'Percuma Ganti Orang, Sistemnya Bobrok', Kritik Keras YLBHI di Tengah Isu Ganti Kapolri
-
Yakin Ganti Kapolri Cukup? KontraS Sebut Masalah Polri Jauh Lebih Dalam dari Sekadar Pimpinan
-
Gerakan Muda Lawan Kriminalisasi Tuntut Prabowo Bebaskan Aktivis dan Hentikan Kekerasan Negara
-
Aliansi Ibu Indonesia: Ibu Pertiwi Berduka Akibat Kebijakan Elit dan Kekerasan Negara
Terpopuler
- 17 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 20 September: Klaim Pemain 110-111 dan Jutaan Koin
- Prompt Gemini AI untuk Edit Foto Masa Kecil Bareng Pacar, Hasil Realistis dan Lucu
- Siapa Zamroni Aziz? Kepala Kanwil Kemenag NTB, Viral Lempar Gagang Mikrofon Saat Lantik Pejabat!
- Bali United: 1 Kemenangan, 2 Kekalahan, Johnny Jansen Dipecat?
- Jelajah Rasa! Ini Daftar Kota di Jawa Tengah yang Jadi Surganya Pecinta Kuliner
Pilihan
-
Stanley Matthews: Peraih Ballon dOr Pertama yang Bermain hingga Usia 50 Tahun
-
Jordi Amat Tak Sabar Bela Timnas Indonesia Hadapi Arab Saudi
-
Hasil BRI Super League: Persib Menang Comeback Atas Arema FC
-
Malaysia Turunin Harga Bensin, Netizen Indonesia Auto Julid: Di Sini yang Turun Hujan Doang!
-
Drama Bilqis dan Enji: Ayu Ting Ting Ungkap Kebenaran yang Selama Ini Disembunyikan
Terkini
-
Oknum Polisi Riau Terancam Dipecat Imbas Terseret Peredaran Sabu
-
Daftar 19 Plt Kepala OPD Pemprov yang Ditunjuk Gubernur Riau
-
KUR BRI Ubah Nasib Penjual Nanas: Modal Pinjaman Jadi Peluang Lapangan Kerja
-
Geger Pria Ditemukan Tewas Bersimbah Darah di Kedai Tuak Kampar
-
5 Sunscreen SPF 50 Murah untuk Usia 40+, Wajah Cerah Samarkan Flek Hitam