Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Rabu, 29 Juni 2022 | 11:32 WIB
Seorang Pendeta asal Distrik Hitadipa meninggal di Timika. Jenazahnya dikirim ke Bilogai, Sugapa menggunakan sepeda motor. [Twitter/@ArnoldBelau]

SuaraRiau.id - Beredar di media sosial menyebut jenazah pendeta asal Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, Papua yang meninggal di Kota Timika dan harus dibawa dengan sepeda motor.

Kisah memilukan tersebut dibagikan Arnold Belau di Twitter, Selasa (28/6/2022).

Hal ini lantaran tidak ada ambulans atau kendaraan roda empat lainnya, sehingga jenazah pendeta tersebut harus dibawa dengan menggunakan sepde motor ke Kampung Bilogai, Distrik Sugapa, Intan Jaya.

Tangkapan layar video seorang warga meninggal di Papua disebut dibawa menggunakan sepeda motor. [Twitter/@ArnoldBelau]

"Karena trada mobil ambulans dan kendaraan roda 4 yg bisa antar jenazah, maka seorang pemuda ikat jasad Pdt tsb di belakang dia di atas motor layaknya org hidup & antar ke Hitadipa," tulisnya.

Arnold menjelaskan, kondisi seperti ini memang sudah sering terjadi di wilayah tersebut, lantaran minimnya sarana-prasarana yang ada.

"kejadian seperti ini sudah sangat sering di sana. Karena kendaraan roda 4 terbatas. Klo pun ada resikonya berat!" terangnya.

Dirinya juga mengunggah sebuah video yang menunjukkan peristiwa serupa yang juga pernah terjadi.

Dimana salah seorang warga yang membonceng jenazah menggunakan sepeda motor yang diiringi sejumlah pemotor lainnya dari Distrik Sugapa ke Kecamatan Homeyo, Kabupaten Intan Jaya.

Jalanan di kawasan tersebut terlihat tak dilapisi aspal. Di sisi kanan terlihat tebing dan hutan, sementara di sebelah kirinya adalah jurang.

Di sejumlah titik jalanan tampak rusak dan juga berbatu, sehingga sulit dilalui. Kontur jalan yang dilalui juga terdapat sejumlah tanjakan yang cukup terjal.

Kondisi ini membuat warganet menyoroti kesenjangan dalam pembangunan. Salah satunya disampaikan @yukceriiika.

"Kesenjangan itu nyata. Jangankan di tanah papua. Di sulawesi saja yg lebih ke barat masih kesulitan. Akses listrik, sarana, bahkan jaringan teleponpun. Terbatas. Lantar pemerintah menuntut all out?" tulisnya.

"Kesenjangan di Indonesia itu nyata. Sentralisasi pulau Jawa warisan Orba masih lestari sampai sekarang," imbuh @MangSawier.

"Liat yg beginian tu rasanya pilu,,tpi greget juga liat pemerintah kita yg gembar gembor pembngunan,, ada dna desa juga tpi yg kek gini masih ada aj, ini la indo,, anggaran sering ditilep dri zman dulu gg berubah2," tulis @joedieser.

Salah seorang warganet juga mempertanyakan peran dari sejumlah pihak yang mustinya bertanggungjawab di wilayah tersebut.

"Mana pemerintah daerah ini? Mana pemuka agama lainnya? Tokoh masyarakat? Polisi, TNI, Pemda kan bisa mengusahakan mobil. Sedih sekali melihat ini," kata @Ayang_Utriza.

Namun, pemilik akun @kontraposttt menjelaskan hal ini terjadi lantaran wilayah tersebut merupakan wilayah konflik.

"Sugapa itu daerah konflik aparat vs OPM. Dlm keadaan seperti ini, pemda harusnya hadir membantu. Tapi org pemda juga takut keluar sampai ke desa2, takut OPM," terangnya.

Kontributor : Anggun Alifah

Load More