Scroll untuk membaca artikel
Eliza Gusmeri
Minggu, 10 April 2022 | 03:00 WIB
Ilustrasi Wanita Sedang Tidur.[Pexels/Ketut Subiyanto]

Asam lambung bisa mengikis lapisan dinding kerongkongan dan menyebabkan luka di kerongkongan.

Hal tersebut dapat bisa menyebabkan perut mulas, nyeri ulu hati, dan sensasi panas perih seperti terbakar pada dada hingga tenggorokan.

3.Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)

Bila kebiasaan tidur setelah sahur membuat jumlah asam lambung yang dihasilkan menjadi terlalu banyak.

Baca Juga: Jadwal Berbuka Puasa di Batam, Tanjungpinang dan Bintan 7 Ramadhan 1443H

Selain menyebabkan masalah asam lambung naik (heartburn), kondisi tersebut juga bisa berkembang menjadi GERD (gastroesophageal reflux disease) atau refluks asam lambung.

GERD merupakan kelanjutan dari asam lambung naik yang sering terjadi setidaknya lebih dari dua kali per minggu.

Penyakit ini terjadi karena klep pemisah antara lambung dan tenggorokan tidak menutup sempurna sehingga memungkinkan asam lambung mengalir balik hingga ke kerongkongan.

Asam lambung dapat melukai tenggorokan dan menyebabkan berbagai gejala lainnya seperti berikut ini.


Panas seperti terbakar di ulu hati.
Makanan terasa naik ke kerongkongan.
Asam pada bagian belakang mulut.
Mulut pahit.
Mual dan muntah.
Perut kembung.
Kesulitan menelan.
Sendawa.
Batuk.
Suara serak.
Mengi.
Nyeri dada, terutama saat berbaring.

Baca Juga: Aliansi Mahasiswa Kota Batam Datangi DPRD, Minta Legislatif Tolak Wacana Perpanjangan Jabatan Presiden Tiga Periode

4.Sembelit

Normalnya, butuh waktu 2 jam untuk tubuh mencerna makanan sehingga lambung menjadi kosong. Sisa makanan akan berpindah ke usus untuk dipadatkan menjadi feses.

Namun, tidur setelah sahur akan melambatkan proses pencernaan sehingga makanan akan terlalu lama “berdiam diri” dalam perut.

Timbunan makanan dalam perut yang tidak kunjung dicerna bisa menyebabkan gangguan pencernaan seperti sembelit.

Ini karena usus akan menyerap banyak cairan dari feses sehingga membuat feses jadi kering dan padat. Alhasil, butuh usaha keras untuk mengeluarkannya dari dalam tubuh.

Risiko sembelit selama bulan puasa akan jadi lebih besar, karena umumnya tubuh kurang mendapatkan cairan dari biasanya.

Load More