Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Jum'at, 15 Oktober 2021 | 15:55 WIB
Ilustrasi korban tenggelam. [Shutterstock]

SuaraRiau.id - Keluarga korban tenggelam di Bengkong, Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri) harus ikhlas melepas anggota keluarga mereka untuk selamanya.

Korban bernama Meri Destaria br Nainggolan meninggal lantaran menunggu dalam ketidakpastian selama 1,5 jam lebih untu mendapatkan pertolongan di puskesmas.

Sebelumnya remaja warga Bengkong Wahyu itu tenggelam di Pantai Tanjungbuntung Baru dan sempat diselamatkan warga, Kamis (14/10/2021).

Kronologinya berawal ketika korban tenggelam dalam keadaan kritis dibawa ke layanan kesehatan. Keluarga melarikan Meri ke Puskesmas agar segera mendapatkan pertolongan medis.

Diceritakan Ketua RW 17, Kawasan Bengkong Wahyu, Ferry Saragih, warga membawa Meri yang tak sadarkan diri ke rumahnya.

Sesampainya di Puskesmas, Ferry mengaku tidak melihat dokter maupun petugas lainnya di sana, hanya satu orang saja di meja resepsionis.

Petugas itu mengaku seorang bidan. Setelah diletakkan di kasur medis, dia lalu menyuruh bidan tersebut untuk menghubungi dokter, namun katanya tidak ada jawaban.

“Cuma dikasih oksigen aja, terus kami inisiatif lah sendiri menggosokkan balsem ke kaki korban biar hangat,” ujar Ferry di rumah duka dikutip dari Batamnews.co.id--jaringan Suara.com, Jumat (15/10/2021) pagi.

Pada saat di puskesmas, Ferry mengaku masih melihat korban sedikit menggerakkan matanya.

Dia kembali lagi menyuruh bidan tersebut untuk menghubungi dokter, namun kembali katanya tidak ada jawaban.

Keluarga pun mulai panik, menunggu di puskesmas. Pasalnya nyawa Meri terancam, karena menunggu pertolongan yang terlalu lama.

“Saya suruh panggil ambulance, tapi katanya supirnya juga tidak mengangkat telepon. Inisiatif saya minta kunci ambulance, tapi katanya dibawa supir itu,” ucap Ferry.

Ferry juga sudah berusaha menyetop mobil yang melintas di dekat Puskesmas, namun tidak ada yang berhenti.

Karena tidak ada pertolongan, dia segera ke rumahnya untuk mengambil mobil miliknya untuk segera membawa Meri ke Rumah Sakit Budi Kemuliaan (RSBK).

Permasalahan tidak berhenti sampai di sana. Setelah kembali ke puskesmas dan memasukkan korban ke mobilnya, satu masalah lagi muncul.

Tabung gas berukuran 1,5 meter itu susah dimasukkan ke mobil, belum lagi bidan tersebut awalnya melarangnya membawa tabung oksigen itu.

Ada sekitar 1,5 jam Ferry mengurus korban di puskesmas tersebut sebelum akhirnya sampai di Rumah Sakit Budi Kemuliaan (RSBK).

“Sampai di RSBK dan diperiksa, dokter memberikan kabar kalau korban sudah meninggal sejak 1 jam yang lalu,” kata Ferry.

Kejadian itu tentunya membuat kaget Ferry dan keluarga korban, pasalnya waktu 1,5 jam berada di Puskesmas terbuang sia-sia menunggu nyawa Meri diselamatkan.

Load More