Berkisar 30 hingga 40 tahun ke belakang, Agar Kalipke mengungkapkan bahwa di hutan itu semuanya ada. Masyarakat Sakai identik dengan alam, segalanya berasal dari alam. Apalagi soal rempah dan tanaman herbal yang menjadi andalan pengobatan.
Di hutan-hutan yang dulunya membentang kawasan perbathinan Sakai, masyarakatnya mengenal banyak rempah, mulai dari asam kandis, bawang putih kulip, jahe, serai, kunyit, asam komang hingga damar dan kayu manis.
Rempah hasil alam tersebut sering dijadikan sebagai bahan pengobatan hingga bumbu masakan bagi mereka. Bahkan makanan khas suku Sakai sendiri merupakan dari hasil hutan, ubi mangalo, sejenis ubi racun yang mampu diolah menjadi sumber makanan.
Kemudian, panganan hasil alam lain dari hutan yaitu taeh atau sejenis mangga tapi asam, lalu kedumpa atau rambutan hutan, idat, puih, pelasa, tampui, dan ada buah yang pohonnya akar, biasa masyarakat Sakai menyebutnya otol.
Tumbuhan tradisional ini sebagian besar merupakan jenis rempah, ada juga yang tidak. Namun semua dapat dimanfaatkan masyarakat Sakai menjadi berguna.
Masyarakat suku Sakai dalam tradisinya hingga kini juga masih menggunakan metode pengobatan dan ramuan tradisional. Aspek-aspek alam dimanfaatkan sebagai pendukung keberadaan kelompok masyarakat ini.
Yang paling sering digunakan, bagi anak-anak yang sakit, warga Sakai biasanya membuat ramuan untuk mengobati yang dinamakan sakat. Sakat ini terbuat dari rempah dan berasal dari tumbuhan yang menjalar, namun bukan parasit atau benalu. Biasanya, tumbuhan itu hidup di pepohonan tua.
"Kalau obat-obatan, untuk panas dingin, malaria dan sebagainya, itu diambil dari daun sakek atau biasa disebut sakat," kata Agar.
Lalu teknik pengobatan lain yang masih mengandalkan rempah masih banyak lagi, utamanya hal ini digunakan untuk menjaga daya tahan tubuh. Bahkan, di tengah pandemi Covid-19 sekalipun, masyarakat adat suku Sakai modern masih mengandalkan ramuan-ramuan tradisional dan herbal.
"Sekarang yang berkait dengan Covid-19, masyarakat Sakai pakai cara pengobatan betangeh, atau bahasa modern-nya kita kenal dengan sebutan sauna," katanya.
Dalam pengobatan tradisional betangeh itu, warga Sakai mengandalkan kayu, rempah dan dedaunan yang kemudian direbus.
"Seperti mandi uap. Pilek, batuk, kurang enak badan bisa pakai pengobatan ini," tutur Agar Kalipke.
Di samping kekayaan tradisi hasil hutan itu, kebudayaan masyarakat suku Sakai juga bercorak agraris, ini ditandai dengan alat-alat yang berfungsi sebagai alat pertanian seperti gegalung galo. Alat itu terbuat dari bambu dan batang pepohonan yang berfungsi sebagai alat penjepit makanan khas ubi mangalo untuk diambil sari patinya.
Suku Sakai juga memproduksi pakaian yang bahannya seratus persen terbuat dari alam. Pakaian orang-orang suku ini dahulu ketika masih hidup dalam sistem nomaden terbuat dari kulit kayu. Pakaian inilah yang digunakan orang Sakai untuk bertahan hidup selama berpindah-pindah tempat di belantara.
Damar dan teknik pengobatan Dikei
Masyarakat suku Sakai sejak dahulu mengenal tradisi pengobatan tradisional dari alam, sebab penghidupan mereka disokong oleh keberadaan hutan. Bahkan di era modern kini, metode pengobatan yang disebut dikei di wilayah perbathinan Sakai masih tetap lestari.
Berita Terkait
-
Hati-hati Beli Perhiasan, Petani hingga Buruh Sawit Tertipu Emas Palsu
-
Demi Masa Depan Anak Cucu, Warga Knasaimos Desak Pengakuan Hutan Adat
-
Dapat Anugerah Adat di Tengah Kinerja Polisi Disorot, Kapolri: Simbol Pengingat
-
Hutan Adat Terancam: Izin Konsesi Kayu Menggerogoti Identitas Masyarakat Mentawai
-
Di Sulawesi Selatan, Suku Kajang Buktikan Hutan Bisa Selamat dengan Patuhi Hukum Adat
Terpopuler
- Gebrak Meja Polemik Royalti, Menkumham Perintahkan Audit Total LMKN dan LMK!
- Kode Mau Bela Timnas Indonesia, Pemain Keturunan Jawa Rp 347,63 Miliar Diincar AC Milan
- Detik-Detik Pengumuman Hasil Tes DNA: Ridwan Kamil Siap Terima Takdir, Lisa Mariana Tetap Yakin
- Kasih Kode Mau Bela Timnas Indonesia, Ryan Flamingo Kadung Janji dengan Ibunda
- Makna Kebaya Hitam dan Batik Slobog yang Dipakai Cucu Bung Hatta, Sindir Penguasa di Istana Negara?
Pilihan
-
Waduh! Cedera Kevin Diks Mengkhawatirkan, Batal Debut di Bundesliga
-
Shayne Pattynama Hilang, Sandy Walsh Unjuk Gigi di Buriram United
-
Danantara Tunjuk Ajudan Prabowo jadi Komisaris Waskita Karya
-
Punya Delapan Komisaris, PT KAI Jadi Sorotan Danantara
-
5 Rekomendasi HP Tahan Air Murah Mulai Rp2 Jutaan Terbaik 2025
Terkini
-
Harga Sawit Riau Naik Lagi, Simak Daftar Lengkap untuk Semua Umur
-
PNM Mekaarpreneur, Membuka Jalan Pengusaha Ultra Mikro Menuju Pasar Lebih Luas
-
Siapa Sosok Ideal Sekda Siak? Inilah Profil Singkat 4 Calon dan Sepak Terjangnya
-
Oknum Guru di Kampar Diduga Lecehkan 3 Siswi, Begini Modusnya
-
BRI Raih Penghargaan, CEO: Jadi Motivasi untuk Terus Menghadirkan Kinerja Terbaik