SuaraRiau.id - Sosok Menteri Sosial Tri Rismaharini alias Risma dikenal tokoh yang tegas kala bertugas. Bahkan, dalam sejumlah pemberitaan mantan Wali Kota Surabaya tersebut kerap marah-marah di depan kamera.
Pemberitaan Risma emosi terus berlanjut hingga ia dipercaya mengisi pos Menteri Sosial menggantikan Juliari Batubara yang tersangkut skandal korupsi.
Aksi Risma yang doyan marah kemudian ditanggapi oleh pakar politik LIPI, Wasisto Raharjo Jati dalam diskusi daring. Ia mempunyai analisis sendiri.
Wasisto menilai gaya marah-marah yang kerap diperlihatkan Risma memang sudah melekat pada dirinya.
Menurutnya, gaya Mensos Risma tersebut tidak bisa diubah lantaran merupakan sikap orisinal Risma. Sehingga kalau ada yang bilang itu dibuat-buat, tidak demikian kebenarannya.
Adapun sikap Risma ini dianggap sebagai bagian dari komunikasi dari pemimpin kepada anak buahnya.
Risma, kata Wasisto, mencoba memposisikan sebagai rakyat, yang mencermati kerja aparatur negara dalam kegiatan birokrat.
Apalagi di dalam kondisi pandemi, di mana birokrat saat ini dituntut untuk kerja cepat demi melayani masyarakat.
“Jadi memang dia mau menunjukkan, bahwa komunikasi yang emosional dan reaktif itu sebagai bagian dari usaha koreksinya atas tatanan birokrasi yang selama ini tidak berpihak pada masyarakat. Kan banyak orang yang segan menegur, nah sebagai bentuk teguran sekaligus representasi diwakili oleh Risma,” kata Wasisto dilansir dari Hops.id--jaringan Suara.com, dikutip Kamis (29/7/2021).
Ia menegaskan bahwa jika dilihat dari sejumlah fakta yang ada, bisa dibilang marahnya Risma disebut spontan, karena Wasisto menilai ada pengaruh kultural yang ada di dalam dirinya.
Seperti publik ketahui, beliau adalah warga Jawa Timur, yang juga terbiasa ngomong agak keras.
“Dia memang kental emak-emak, bicara apa adanya, adalah bagian dari kesehariannya, hanya saja kadang ada sejumlah orang tak menerima dengan itu. Padahal selama ini Risma sekaligus mendobrak sekat-sekat birokrasi yang kurang peka kalau cuma ditegur secara halus.” tuturnya.
“Dia memang kental keras, mewakili kultur arek, apa adanya, sikap spontan,” sambung Wasisto.
Meski begitu, aksi marah-marah Risma juga tak selamanya positif. Wasisto menilai beliau juga harusnya memahami pentingnya proses komunikasi dua arah.
Apalagi marah-marahnya selalu dilakukan saat kamera jurnalis tengah menyorotnya.
Berita Terkait
-
Dianggap Rasis, Natalius Pigai Minta Mensos Risma Dihukum
-
Mensos Risma Sidak Penerima Bansos di Tangerang, Terima Aduan Pungli Rp50 Ribu
-
Mensos Risma Ngamuk Lagi Dapat Julukan Baru: Menteri Spesialis Bikin Drama
-
Natalius Pigai Minta Mensos Risma Dihukum: Kecuali Jokowi Pelihara Rasisme
-
Mensos Ungkap Penyebab Ada Warga yang Belum Terima Bansos Covid-19
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
6 Daftar Mobil Bekas Sekelas Honda Brio, Pilihan Logis yang Tak Kalah Stylish
-
Rumah Dinas Wakil Gubernur Riau SF Hariyanto Digeledah KPK
-
Anak Gajah Bernama Laila Mati di PLG Sebanga, Terungkap Penyebabnya
-
Genap 130 Tahun, BRI: Refleksi untuk Kembali Menegaskan Arah Masa Depan Perusahaan
-
7 Mobil Matic Bekas Bodi Mini Mudah Dikendalikan, Cocok buat Pemula