Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Kamis, 22 Juli 2021 | 16:58 WIB
Ilustrasi tabung oksigen. [Antara]

“Kalau dibakar kelihatan jelas sekali,” katanya.

Perbedaan lainnya adalah suhu tabung. Oksigen palsu dalam tabung hitam itu terasa lebih hangat, dibanding oksigen asli.

Saat dihirup, oksigen asli terasa lebih segar. Sedang oksigen palsu seperti udara biasa. Ia menduga tabung hitam berisi oksigen palsu itu diisi dengan udara biasa dari mesin kompresor tambal ban.

Alipin mengaku mendapat oksigen itu dari temannya pada Senin (19/7/2021), itu pun dengan harga yang cukup tinggi.

“Kalau biasanya Rp 25 ribu, saya dapatnya sekitar Rp 100 ribu,” ujarnya.

Menurutnya, awalnya ada tiga tabung oksigen. Namun dari tiga tabung itu, dirinya membeli satu tabung.

Sedang dua tabung rencananya akan digunakan untuk orang sakit.Begitu tahu tabung yang barusan didapat dari orang Pacitan palsu, Alipin segera memberitahu temannya agar tabung oksigen yang dibawa tidak digunakan untuk medis.

Peternak dan pedagang koi yang sangat bergantung pada ketersediaan oksigen untuk mengirim ikan hidup ke luar daerah, bahkan luar pulau, kesulitan mendapat bahan baku udara segar itu lantaran tingginya kebutuhan oksigen untuk kepentingan medis.

Imbasnya, banyak peternak dan pedagang ikan koi, juga jenis ikan hias lain yang tidak bisa mengirim paket ikan hidup ke luar daerah.

Keuntungan mereka pun otomatis menurun drastis, hingga sekitar 40-50 persen. Untuk jenis ikan koi, pedagang biasanya mengirim dengan tujuan kota-kota besar di wilayah Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta, Bali, dan sebagian Kalimantan.

Load More