Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Rabu, 21 Juli 2021 | 18:25 WIB
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin Covid-19 pada warga di Yayasan Pendidikan Islam Al-Mahbubiyah, Jakarta Selatan, Rabu (7/7/2021). [ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat]

SuaraRiau.id - Kabar vaksin Covid-19 mengandung chip elektronik ditanggapi Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio.

Ia menyebut vaksin Covid-19 yang digunakan di Indonesia tidak mengandung chip elektronik seperti yang khawatir masyarakat untuk menjalani vaksinasi.

"Tidak ada chip elektronik masuk ke dalam vaksin yang disuntikkan itu," kata Amin dilansir dari Antara, Rabu (21/7/2021).

Menurutnya, vaksin Covid-19 berbentuk larutan jernih dan hanya mengandung bahan aktif seperti protein dan bahan-bahan lain yang diperlukan untuk menstabilkan dan mengawetkan vaksin tersebut.

Bahan aktif, kata dia, berfungsi untuk merangsang aktivitas sistem kekebalan tubuh sehingga lebih mampu melawan penyakit.

Untuk bisa disuntikkan ke dalam tubuh, maka bahan aktif tersebut harus diberikan dalam larutan yang disebut buffer atau larutan penyangga.

"Vaksin di dalamnya jumlahnya kecil sekali jadi untuk bisa disuntikkan dia harus berada dalam bentuk cairan," ungkap Amin.

Larutan penyangga berfungsi untuk menstabilkan derajat keasaman dan juga melarutkan protein atau bahan aktif vaksin.

Kandungan lain yang terdapat di dalam vaksin adalah bahan stabilizer dan pengawet. Bahan stabilizer berguna untuk menjaga bahan aktif atau protein tetap stabil dan tidak mudah rusak.

Sedangkan bahan pengawet bermanfaat untuk mencegah vaksin cepat busuk dan tidak terkontaminasi oleh jamur dan bakteri.

"Selain pengawet kadang-kadang diberikan antibiotik. Antibiotik juga maksudnya supaya tidak tumbuh jamur dan bakteri," jelas dia.

Sementara itu, distribusi vaksin di Indonesia juga tidak menggunakan chip tetapi barcode. Amin menyebut pada setiap kemasan obat atau vaksin, terdapat label yang berisi nomor seri, barcode dan QR code.

Hal tersebut untuk menjamin setiap produk tersebut terdaftar di perusahaan yang memproduksinya dan terlacak keberadaannya.

Dengan memindai (scan) barcode pada vaksin atau obat termasuk pada vaksin COVID-19, maka proses distribusi akan mudah dilacak sehingga bisa memastikan lokasi pengantaran vaksin hingga tercatat sampai ke penerima vaksin.

"Memang penting setiap kemasan itu harus ada barcodenya, ada codenya ada nomornya sehingga bisa dilacak seseorang itu menerima vaksin dari batch yang mana," ujarnya.

Setiap orang yang diberi vaksin akan dicatat menggunakan vaksin dengan batch tertentu sehingga jika terjadi sesuatu seperti Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) maka bisa dilacak penyebabnya dan mengetahui batch vaksin yang digunakan. (Antara)

Load More