Meski begitu, dia justru merasa senang dan bangga bisa memberikan sebagian pendapatannya untuk kemajuan wilayah, apalagi untuk tempat ibadah. Sebab bagi Oka, jika tidak begitu maka hidupnya terasa kurang lengkap.
Pemuda lajang ini berpenghasilan tidak tetap, yang berkisar Rp 100 ribu perhari. Hasil dari jerih payahnya tersebut juga dialokasikannya untuk pembayaran retribusi parkir ke petugas, besarannya kata Oka yaitu Rp 24 ribu.
"Jadi tiap hari Rp 39 ribu pengeluaran untuk retribusi dan sumbangan," kata dia.
Menurut Oka, dengan menyumbang untuk Musala tersebut tidak membuat dirinya kekurangan. Apalagi hal itu juga bisa menjadi bekal amalan bagi dirinya.
Selain itu, untuk kebutuhan makan dia pun mencari sendiri. Hidup yang dijalani Oka hari demi hari membuat dia mandiri dengan sendirinya. Selama ini, untuk biaya makan dan kebutuhan hidup dicarinya dengan mengumpulkan pundi-pundi rupiah.
Bahkan dia juga beberapa kali mengirim uang untuk keluarganya di kampung.
"Sesekali ngirim untuk orang tua," tuturnya.
Bagi keturunan Jawa-China ini, dia tak mau merepotkan dan bergantung hidup dengan keluarga, meskipun rumah orang tuanya hanya berjarak sekitar 40 kilometer dari kota Duri.
Saat ini, Oka tinggal bersama sahabatnya yang tinggal tidak jauh dari minimarket tempat dia bekerja. Setiap hari ia pulang pergi jalan kaki ke lapak mencari nafkahnya tersebut.
Dimarahi saat minta uang parkir
Pengalaman Oka, selama menjalani profesi juru parkir rupanya tidak berjalan mulus-mulus saja. Meskipun sudah dua tahun bergelut dengan peluit dan rompi oranye di lapangan, Oka nyatanya sering juga dimarahi saat meminta uang parkir kepada pengendara motor.
"Ada juga dimarahi orang, katanya dia petugas dishub, jadi gak mau bayar parkir dan marah," kata Oka.
Namun dia pun hanya bisa sabar dan mengurut dada, sebab jika ada hal seperti ini dia tak mau melawan, apalagi sampai terjadi keributan.
Di kota Duri, bukan hanya Oka yang menyandang dwarfisme atau kelainan pada pertumbuhan. Namun ada beberapa orang lainnya yang mengalami hal sama.
Namun terpantau, beberapa orang itu justru lebih memilik menggeluti hidupnya di bawah lampu merah. Hal itu rupanya tidak berlaku bagi alumni SMA Negeri 3 Mandau ini.
"Yang penting tetap semangat dan terus berjuang untuk hidup," kata dia.
Berita Terkait
-
Ngeri! Teror Air Keras Pelaku Tawuran di Jaktim, Tukang Parkir Warkop jadi Sasaran
-
Disiram Air Keras Saat Melerai Tawuran, Juru Parkir di Pulogebang Jadi Korban Kebrutalan Remaja
-
20 Menit Parkir Kena Rp100 Ribu, Aksi Tukang Parkir di Bogor Viral
-
5 Fakta Viral Jukir Masjid Raya Sheikh Zayed Solo Patok Parkir Rp 30 Ribu, Ini Respon Wali Kota!
-
Viral! Komplotan Pencuri Helm Beraksi di Monas saat HUT RI, Aksinya Terekam Kamera
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Snapdragon Paling Murah untuk Kebutuhan Sehari-hari, Mulai dari Rp 1 Jutaan
-
7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
-
Nova Arianto Ungkap Biang Kerok Kekalahan Timnas Indonesia U-17 dari Zambia
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
Terkini
-
5 Mobil SUV Bekas Terbaik untuk Keluarga Aktif, Fitur Lengkap dan Nyaman
-
7 Mobil Bekas 100 Jutaan Paling Layak Dibeli untuk Keluarga di 2025
-
3 Mobil Sedan Bekas Toyota, Kemewahan dan Performa Tak Lekang Waktu
-
Sempat Kabur, Pengejaran Gubri Abdul Wahid Berakhir di Kafe Pekanbaru
-
7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian