Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Kamis, 28 Januari 2021 | 17:06 WIB
Ilustrasi terorisme. [Shutterstock]

Mengenai hubungan dengan jaringan apa, aparat setempat belum mengetahui lebih lanjut. Hanya saja berdasarkan temuan di lapangan, dia berhasil meredikalisasi dirinya sendiri untuk menanamkan rasa antipati yang kuat terhadap umat Islam.

“Dia meradikalisasi diri, dimotivasi oleh antipati yang kuat terhadap Islam dan ketertarikan pada kekerasan,” jelas Kementerian setempat.

Salah satu cara yang dilakukan adalah dia kerap menonton video propaganda yang diproduksi oleh kelompok militan ISIS.

Walhasil dia menjadi salah menafsirkan dan menganggap bahwa ISIS merupakan cerminan dari agama Islam yang harus diberantas habis.

“Dia juga telah menonton video propaganda Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS), dan sampai pada kesimpulan yang salah bahwa ISIS mewakili Islam, dan bahwa Islam meminta para pengikutnya untuk membunuh orang yang tidak beriman,” tuturnya.

Pihaknya juga mengungkapkan bahwa remaja tersebut diduga kuat terpengaruh dari supermasi kulit putih di Australia, Bernton Tarrant yang berhasil menembak dan membunuh 51 orang muslim saat diadakannya salat Jumat.

Lebih mengeherankannya lagi, kala itu Tarrant melakukan pembunuhan sambil memulai siaran langsung di Facebook.

Berdasarkan tindakan brutal itu, Tarrant dijatuhi hukuman penjara seumur hidup tanpa pembebesan bersyarat sama sekali.

Kementerian Dalam Negeri Singapura mengungkapkan, melalui berbagai penelusuran remaja itu akhirnya mengaku bahwa telah memperkirakan segala kemungkinan yang bakal terjadi ketika menjalankan aksinya nanti.

Setidaknya ada dua kemungkinan dalam benak remaja nekat tersebut, pertama bakal ditangkap sebelum melaksanakan serangan atau yang kedua tewas dalam melancarkan aksinya.

Load More