SuaraRiau.id - Masyarakat Melayu memiliki adat istiadat dalam pernikahan, di antaranya prosesi tepuk tepung tawar. Prosesi ini biasanya selalu diiringi dengan lantunan musik gendang dan gong.
Alat musik ini dinamai gendang nobat atau gendang panjang.
Gendang panjang ini terdiri dari beberapa jenis di antaranya, gendang melalu, gendang penengkah, ketawak (gong), nafiri berupa alat tiup sejenis seruling.
Belum banyak yang tahu proses pembuatan gendang panjang yang memiliki beberapa jenis ini.
Seorang pengrajin gendang nobat, Abdullah Ahmad (53) warga Kampung Kayu Ara, Kecamatan Sungai Apit Kabupaten Siak menjelaskan, awalnya dia merupakan pemain gendang panjang.
Ayah empat anak yang akrab disapa Atah Had ini, tidak memiliki alat sendiri. Dia selalu meminjam kepada orang lain yang memiliki gendang panjang tersebut.
"Dulu kami ketika mengiringi tepuk tepung tawar dan arak arakan pengantin, selalu meminjam alat gendang ini dengan orang lain," kata Atah Had kepada SuaraRiau.id.
Pada tahun 2002 lanjut Atah Had, dia berinisiatif membuat gendang tersebut untuk koleksi sendiri, bahan bakunya pun terbilang unik dari bahan gendang lain yang biasanya dari pohon nangka atau pohon cempedak. Dia membuatnya dari pohon karet yang sudah tua.
"Lebih efektif, selain mudah dicari pohon karet ini lebih ringan, suara yang dihasilkan lebih nyaring, dan kalau ketawaknya saya buat dari drum bekas," jelasnya.
Kemudian pada tahun 2003, beberapa orang mulai menawarkan gendang miliknya untuk dibeli. Hingga sampai saat ini atah had sudah memproduksi gendang dan ketawak sebanyak 75 buah.
"Kalau untuk gendang dan ketawak sudah ada sekitar 21 set, tapi kalau untuk ketawaknya saja ada sudah 54 buah, lebih banyak yang memesan ketawak karena tak banyak orang yang buat ketawak" ungkapnya.
Sementara itu, untuk satu set Gendang Panjang atah had membandrol dengan harga Rp 1,5 juta, dan untuk ketawak dengan harga Rp 2 juta.
Gendang panjang itu sendiri terdiri dari beberapa alat, setiap alat memainkan rentak yang berbeda pula, diantaranya pukul melalu, pukul penengkah, sementara ketawak berfungsi sebagai pengatur tempo.
"Setiap alat memiliki fungsi masing masing, dan ketawak ini sebagai pengatur tempo, kalau ketawaknya cacat tempo, maka alat yang lainnya juga akan cacat tempo," ungkapnya.
Atah had juga mengajarkan tata cara memainkan alat tersebut kepada pemuda di kampungnya sebagai bentuk melestarikan adat budaya.
- 1
- 2
Berita Terkait
-
Arti Tepung Tawar Perdamaian, Tuntutan Dari Sultan Palembang untuk Willie Salim
-
Mengenal Ritual Tepung Tawar, Syarat Agar Willie Salim Bisa Halal Masuk Palembang
-
Sihir di Balik Piringan Hitam, Bagaimana Bisa Menghasilkan Musik?
-
Sosok Bejo Sandy: Melestarikan Rinding Malang sebagai Warisan Seni dan Budaya
-
8 Idol K-Pop yang Memiliki Bakat Memainkan Alat Musik, Ada Idolamu?
Terpopuler
- 5 Bedak Murah yang Mengandung SPF: Cocok Dipakai Sehari-hari, Harga Mulai Rp20 Ribuan
- Coach Justin: Artinya Secara Kualitas Timnas Indonesia Gak Layak Lolos Piala Dunia 2026
- 5 Rekomendasi HP Murah Rp900 Ribuan Terbaik Mei 2025: Spek Ciamik dan Memori Lega!
- Serie A Boy: Joey Pelupessy Keceplosan Ungkap Klub Baru Jay Idzes?
- Rekomendasi 3 HP Murah Tampilan Mirip iPhone Boba: Spek Gahar, Harga Bersahabat!
Pilihan
-
5 Moisturizer Lokal Terbaik 2025, Anti Mahal Kualitas Setara Brand Internasional
-
5 Rekomendasi Serum Vitamin C Terbaik: Wajah Glowing, Samarkan Bekas Jerawat
-
Jay Idzes Sudah Beri Salam ke Fans Venezia: Terima Kasih Semuanya
-
3 Pengganti Paling Cocok untuk Sandy Walsh yang Cedera saat Bela Yokohama F. Marinos
-
3 Rekomendasi HP Snapdragon 7 Gen 3 Terbaik, Chipset Kekinian yang Super Gahar!
Terkini
-
Bocah 8 Tahun Tewas Diduga Dibully Temannya, Polres Inhu: Tak Ada Kaitan dengan SARA
-
Bocah SD di Riau Tewas Dibully Diduga gegara Beda Agama, SETARA: Negara Harus Hadir
-
Tambahan Cuan Akhir Bulan, Klik 5 Amplop DANA Kaget Senilai Rp650 Ribu
-
Sawit Dukung Ekonomi Nasional, SAMADE Riau Berharap Aturan Berpihak pada Petani
-
Enaknya Jadi Ketua Kelompok PNM Mekaar, Dapat Studi Banding Gratis ke UMKM Top!