Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Senin, 18 Januari 2021 | 12:00 WIB
Pakar Media dan Komunikasi, Ade Armando. (dok pribadi)

SuaraRiau.id - Aksi Presiden Joko Widodo (Jokowi) dianggap semakin melengkapi stempel jika beliau memang tak akur dengan kelompok yang kontra dengan membubarkan HTI, FPI, hingga menangkap Habib Rizieq Shihab.

Terkait hal ini, Dosen Universitas Indonesia Ade Armando melemparkan pandangannya. Ade justru merasa salut dengan keputusan Jokowi mengangkat Kapolri beragama Katolik.

Bagi Ade, itu justru pertanda jika Presiden Jokowi tak mau tersandera pada kelompok Islam radikal.

“Inilah letak kehebatan Jokowi, dia tak takut. Ini memang berisiko, namun ini terbaik, negara tak boleh tersandera oleh kelompok radikal,” kata Ade Armando di Youtube Cokro TV dikutip dari Hops.id--jaringan Suara.com, Senin (18/1/2021).

Ade Armando menilai penunjukkan Komjen Listyo Sigit sebagai Kapolri sebenarnya adalah kabar baik bagi Indonesia yang sedang diancam oleh kaum Islam radikalis yang sedang berusaha memecah belah bangsa.

Di satu sisi, Ade sendiri percaya bahwa Sigit adalah seorang polisi yang cakap dan berintegritas.

Akan tetapi, dia mengakui, di sisi lain, di Indonesia, seseorang yang memiliki keunggulan kualitas tidak cukup untuk menjadikannya untuk dipilih sebagai pemimpin.

Karena seolah dia diposisikan harus datang dari pemeluk agama Islam.

“Buat presiden ini tentu bukan perkara mudah. Bila dia tidak cukup tegas, dia bisa tersandera kelompok-kelompok radikal tersebut. Kita sudah melihat ada banyak pemimpin dan juga wakil rakyat yang takut mengambil keputusan yang mereka khawatirkan akan mengusik perasaan umat Islam konservatif,” katanya lagi.

SBY dulu takut Islam radikal
Menurut Ade, ada salah satu kesalahan Presiden SBY, yang membuat kaum Islam radikal kian berkembang.

Load More