Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Kamis, 12 November 2020 | 16:46 WIB
Minyak kelapa sawit disebut tidak berbahaya. (Shutterstock)

SuaraRiau.id - Produksi minyak mentah atau CPO Indonesia menujukkan pemulihan. Hal itu dikatakan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki).

Perubahan itu seiring dengan kenaikan produksi yang konsisten dalam tiga bulan terakhir.

Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono menyebut, produksi CPO pada Juli tercatat sebesar 3,85 juta ton, kemudian naik menjadi 4,38 juta ton pada Agustus, dan 4,73 juta ton pada September 2020.

"Secara year on year sampai dengan September, produksi 2020 masih lebih rendah minus 4,7 persen dari produksi 2019," kata Mukti Sardjono dalam keterangan kepada Antara di Jakarta, Kamis (12/11/2020).

Selain produksi, kata Mukti, konsumsi dalam negeri untuk pangan dalam empat bulan terakhir juga menunjukkan kenaikan yang konsisten. Ada pun konsumsi pada September 2020 mencapai 667.000 ton.

Secara YoY sampai dengan September, konsumsi untuk pangan masih lebih rendah dari tahun lalu dengan penurunan 15,8 persen. Kenaikan konsumsi untuk oleokimia cenderung mendatar.

Ada pun untuk konsumsi produk oleokimia pada September mencapai 151.000 ton sama dengan bulan Agustus dan hanya 3 ribu ton lebih tinggi dari bulan Juli.

Secara year on year (YoY) sampai dengan September, konsumsi pada oleokimia sudah lebih tinggi sebesar 49 persen dari 2019.

Konsumsi minyak sawit untuk biodiesel pada September 2020 mencapai 630.000 ton, naik 54 ribu ton dari bulan Agustus. Secara YoY, konsumsi untuk biodiesel meningkat 27,2 persen dari 2019.

"Kenaikan konsumsi dalam negeri dan ekspor menjadi menjadi harapan untuk mengantisipasi kenaikan produksi," kata Mukti.

Ekspor minyak sawit tumbuh 3 persen
Gapki mencatat ekspor produk minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan turunannya tumbuh 3 persen menjadi 2,76 juta ton pada September 2020, dari bulan sebelumnya (mom) 2,68 juta ton pada Agustus 2020.

Pertumbuhan volume ekspor ini dipicu oleh kenaikan jumlah ekspor ke sejumlah negara, antara lain China, Brazil, Malaysia, Rusia, dan Afrika.

"Ekspor ke China pada bulan September adalah 64 ribu ton, naik dari 618 ribu ton pada bulan Agustus," lanjut Mukti.

Ia merinci ekspor ke Brazil naik sebesar 44 ribu ton, ke Malaysia 39 ribu ton, ke Rusia naik 37.000 ton. Sementara itu, kenaikan ekspor ke Afrika mencapai 39 ribu ton.

Meski sebagian besar negara Afrika terjadi penurunan ekspor, kata dia, terdapat kenaikan yang tinggi terjadi dengan tujuan Kenya sebesar 61 ribu ton dan Afrika selatan 33 ribu ton.

Penurunan ekspor juga terjadi ke Uni Eropa dan Pakistan. Sementara ekspor ke India, lanjut dia, volume ekspor sama dengan bulan Agustus yakni 351 ribu ton.

Berdasarkan produknya, ekspor CPO pada September tercatat 518 ribu ton (naik 8 ribu ton), olahan CPO 1,76 juta ton (naik 47 ribu ton), laurik (PKO dan olahan PKO) sebesar 159 ribu ton (naik 35.000 ton), biodiesel 7.000 ton, dan oleokimia sebesar 313.000 ton (turun 18.000 ton).

Ada pun nilai ekspor produk sawit dan turunannya pada September mencapai 1,87 miliar dolar AS atau naik 10 persen dibandingkan dengan nilai ekspor Agustus sebesar 1,69 miliar dolar AS.

Secara year on year (yoy) sampai dengan September, nilai ekspor produk sawit 2020 mencapai 15,5 miliar dolar AS atau lebih besar dari nilai ekspor tahun 2019 sebesar 14,46 miliar dolar AS.

Load More