Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Senin, 02 November 2020 | 17:44 WIB
Kolase foto Deni Apriadi mengenakan batik Muhammad Bertangkup (kiri) dan karya batiknya bernama Malay Heartbeat. [Istimewa]

"Pembeli batik, Alhamdulillah udah sampai keluar Siak, di antaranya Pekanbaru, Dumai juga, walaupun jumlahnya belum banyak," terang Deni.

Keterbatasan produksi
Disinggung soal toko, dirinya mengaku belum punya. Honorer Pemkab Siak ini mengaku menjual produknya hanya lewat media sosial. Pembeli bisa melihat batik hasil karya Deni di Instagram @batik.zen.

"Pembelian masih dengan cara online. Lewat WhatsApp, Facebook dan Instagram," jelasnya.

Deni mengakui keterbatasan produk batik miliknya. Batiknya baru batik printing, itupun menurutnya belum bisa mencetak sendiri. Proses cetak masih di tempat orang.

Menurutnya, dalam mendesain, ia hanya menggunakan notebook. Perangkat itu tentunya tidak direkomendasikan untuk mendesain.

"Tapi saya memanfaatkan alat apa yang ada dulu," cerita Deni.

Selain punya keterbatasan perangkat proses pembuatan batik dirinya juga ingin pemerintah memperhatikan UMKM dengan serius. Apalagi di tengah pandemi saat ini.

Sebab tak hanya usahanya, UMKM yang lain juga terdampak pandemi Covid-19.

Load More