Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Rabu, 09 April 2025 | 09:31 WIB
Gubernur Riau Abdul Wahid, Kapolda Riau Irjen Herry Heryawan dan Danrem 031/WB Brigjen TNI Sugiyono menghadiri kegiatan Makan Bajambau. [Dok Humas Pemprov Riau]

SuaraRiau.id - Gubernur Riau (Gubri), Abdul Wahid menghadiri kegiatan Makan Bajambau di Dusun Kampung Godang, Desa Pulau Lawas, Kabupaten Kampar, Senin (7/4/2025).

Tak hanya Gubri Wahid, tampak hadir juga Kapolda Riau, Irjen Pol Herry Heryawan dan Danrem 031/WB Brigjen TNI Sugiyono serta jajaran.

Tradisi Makan Bajambau tersebut menjadi bagian dari perayaan Aghi Ghayo Onam (Hari Raya Enam) yang penuh kehangatan dan kental dengan nilai kebersamaan.

Gubri Wahid menuturkan bahwa, tradisi Makan Bajambau adalah momen penting untuk mempererat silaturahmi antarwarga.

Baca Juga: Gubri Wahid Siap Lantik Afni dan Syamsurizal Jadi Bupati-Wakil Bupati Siak

Ia menegaskan, kegiatan ini menjadi wadah bagi para perantau dan warga kampung untuk saling bercerita dan berbagi kisah.

Lantas apa itu Tradisi Makan Bajambau?

Makan Bajambau menjadi salah satu bagian tradisi yang tak terpisahkan di kehidupan masyarakat Kabupaten Kampar.

Bajambau berasal dari kata jambau, dalam bahasa Indonesia merupakan tempat menyajikan makanan, dulang atau nampan. Hidangan akan diletakkan di atas wadah besar atau jambau.

Makan Bajambau merupakan makan bersama masyarakat adat dengan sajian yang tak biasa. Momen tersebut digelar saat acara besar, ada kedatangan tamu kehormatan hingga sebagai ajang silaturahmi.

Baca Juga: Bukan SF Hariyanto, Gubri Wahid Malah Kenalkan Parisman Ihwan sebagai Calon Ketua Golkar

Tradisi tersebut biasa diadakan jelang bulan Ramadan, peringatan hari besar, Hari Raya Idul Fitri atau acara tertentu yang memerlukan makan bersama.

Makan Bajambau bukan sekadar kegiatan makan bersama. Tradisi ini merupakan wujud solidaritas dan silaturahmi antarwarga, yang sudah berlangsung puluhan tahun dan tetap terjaga hingga kini.

Warga biasanya berkumpul untuk merayakan tradisi ini dengan kebersamaan dan kekompakan. Di pagi hari, para ibu mulai mempersiapkan jambau, yakni makanan yang akan dibawa menuju tempat pelaksanaan acara.

Dengan penuh semangat, mereka membawa jambau tersebut di atas kepala, sebuah tradisi yang telah turun-temurun, sambil berjalan kaki di jalan setapak menuju masjid dan musala.

Jambau diletakkan di dalam dulang dan ditutup dengan tuduong (tudung), penutup tradisional yang terbuat dari pelepah pinang kering.

Jambau tersebut bukan hanya berisi makanan biasa, melainkan masakan khas Kampar seperti gulai pucuk ubi dengan ikan asap, gulai udang galah dengan nanas muda, serta aneka lauk lainnya.

Jambau-jambau yang dibawa kemudian disusun rapi di tempat acara. Warga lalu berbondong-bondong menuju tempat Makan Bajambau untuk menikmati hidangan bersama.

Gubri Wahid hadiri Makan Bajambau

Gubernur Abdul Wahid bersama pejabat lain menghadiri acara Makan Bajambau di Kabupaten Kampar, Senin (7/4/2025).

Wahid menyampaikan jika tradisi Makan Bajambau, suasana kekeluargaan dan rasa memiliki satu sama lain menjadi lebih kuat. Menurutnya, acara silaturahmi tidak cukup hanya dengan pertemuan biasa, tetapi harus ada momen khusus yang mempertemukan semua elemen masyarakat.

"Maka, Makan Bajambau ini adalah wadah kita saling bercerita, sehingga kita bisa mempererat tali silaturahmi dengan rangkaian cerita tadi, sehingga juga silaturahmi tidak terputus," ujarnya.

Sementara, Kapolda Riau Irjen Pol Herry Heryawan menyoroti pentingnya nilai historis dari kegiatan tersebut.

Irjen Herry menyampaikan bahwa menjaga warisan budaya seperti ini merupakan bentuk penghormatan terhadap sejarah dan tradisi nenek moyang.

Kapolda juga menjelaskan bahwa Makan Bajambau juga merupakan wujud nyata dari penerapan sila keempat Pancasila, yaitu kerakyatan.

Dalam acara ini tidak ada sekat antara pejabat dan masyarakat, semua duduk dan makan bersama sebagai satu keluarga besar.

Herry menjelaskan terkait nilai-nilai yang bisa diambil dari tradisi Makan Bajambau yakni pertama adalah nilai historis. Lalu kedua harus bisa menjaga nilai historis yang sudah berjalan sampai sekarang.

"Ketiga, adalah bagaimana kita menerjemahkan sila ke empat, kerakyatan. Tidak ada batasan antara gubernur, bupati, dan masyarakat semuanya bergabung menjadi satu," ujarnya.

Kapolda Herry menambahkan jika hidangan Bajambau tersebut merupakan makanan yang dibawa oleh warga yang datang dengan sukarela memberikan sumbangan makanan untuk dinikmati bersama-sama.

Menurutnya, nilai kebersamaan dan gotong royong ini patut diwariskan kepada generasi mendatang. Kegiatan ini juga diharapkan dapat menjadi simbol persatuan lintas golongan di Riau.

Load More