Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Kamis, 17 Maret 2022 | 16:25 WIB
Seorang pengusaha Tionghoa masuk Islam di malam Lailatul Qadar atau malam turunnya Alquran di Bulan Ramadan. [ist]

Kebetulan, keesokan harinya adalah bulan Ramadan, Deni pun ikut berpuasa sebulan penuh layaknya seorang muslim.

“Jadi saya belum Islam tapi saya ikut puasa sebulan penuh, nggak kalah saya. Nah sebelum tidur itu saya ikutin nasihat si ustaz itu. Di situlah saya dapat tiga petunjuk,” ujarnya.

Petunjuk yang pertama, Deni dibuat pingsan saat mendengar adzan magrib pas berbuka puasa.

“Saya nungguin magrib saya setel radio, pas saya setel tiba-tiba dengar adzan, pas saya dengar adzan saya kaget setengah mati. Saya sampai kelengerlah, kaya pingsan nggak inget sementi dua menit, kaget, gemeter. Padahal saban hari saya dengar adzan biasa aja,” tuturnya.

Karena penasaran dengan peristiwa yang dialaminya itu, Deni langsung menemui ustaz yang memberinya nasihat tadi.

“Dia bilang, oh itu mungkin petunjuk. Terus doa lagi sama Tuhan maksudnya petunjuk apa tuh. Nah saya makin semangat,” ujarnya.

Petunjuk kedua yang dialami Deni terjadi ketika ia sedang tidur. Dirinya mengaku, bermimpi menonton televisi dan melihat tayangan musik rebana.

“Nah rebana itu kan syiar Islam juga,” katanya.

Kemudian, petunjuk ketiga inilah yang mengubah kehidupannya. Pengalaman tersebut membekas hingga kini dan jika mengingatnya Deni mengaku merinding. Karena apa yang dialaminya berkaitan dengan hal gaib.

“Jadi pas malam ke 27 Ramadan (malam lailatul qadar), ustad tadi manggil saya ke rumahnya. Dia bilang, Den kalau bisa ini malam jangan tidur, kalau saya jelasin kamu nggak akan ngerti. Tapi menurut Islam di bulan Ramadan ada satu malam istimewa, mungkin ini malamnya,” ujarnya.

Deni kembali menuruti omongan sang ustaz. Ia lantas bergegas pulang, ke rumah orangtuanya yang berlantai dua. Di situ ia merenung sekira pukul 01.00 WIB.

“Saya kaya orang tafakur, saya diem ngadep kiblat. Nah pas lagi saya mikirin gitu tiba-tiba tangan saya seperti dipegang, saya nggak tahu bentuknya apa. Itu bukan mimpi. Itu sadar banget. Nih kalau dibilang gaib ya gaib,” ujarnya.

Oleh sosok tak kasat mata itu Deni dituntun ke tempat wudhu yang biasa digunakan oleh para pekerja di rumah orangtuanya.

“Wudhunya ya Alloh, kaya dibersihin mungkin dosa-dosa saya. Kemudian saya salat dua rakaat. Saya cuma ikutin gerakan aja, saya belum bisa baca doa.”

Penasaran dengan apa yang dialaminya itu, Deni kembali menemui ustaz yang memberikannya saran tersebut.

Load More