Namun menurutnya, hal tersebut menjadi tantangan bagi ia dan rekan-rekannya untuk berbuat lebih baik lagi dan lebih teliti lagi ketika membeli jelantah dari para penjual minyak jelantah.
"Namanya bisnis tidak mungkin berjalan mulus, sempat juga kena tipu. Tapi diambil pelajaran saja semuanya," ungkapnya.
Rizky menyebutkan, per harinya ia bisa mengumpulkan satu sampai dua ton minyak jelantah yang disuplai dari Bank Jelantah dari Kabupaten/Kota se Riau.
Untuk ekspornya, jelasnya dilakukan sekali sebulan dengan kapasitas satu sampai dua kontainer, dengan jumlah minyak jelantah per kontainernya sebanyak 21 ton.
"Sekarang antusias masyarakat sudah cukup tinggi untuk menjual minyak jelantahnya karena kan bisa dijadikan uang lagi. Volume minyak jelantah kita berkurang selama pandemi, mungkin karena banyak tempat makan yang tutup, biasanya sebulan kita bisa ekspor tiga kontainer per bulan," ucapnya.
Ia menyatakan, bagi masyarakat yang ingin menjual minyak jelantahnya bisa melalui Bank Jelantah atau langsung ke kantornya di Kompleks Pergudangan Golden City Nomor B10 Jalan Air Hitam Kota Pekanbaru, atau bisa juga menghubungi melalui instagram bankjelantah_pekanbaru atau bisa menghubungi di nomor 085264385912/082298354357.
Untuk harga minyak jelantah perkilonya dibeli dengan harga Rp 7.000 dan itu merupakan harga standar. Jika volume jelantahnya lebih tinggi, maka bisa dibeli dengan harga yang tinggi pula.
"Untuk mengumpulkan minyak jelantah ini kita juga bekerja sama dengan Yayasan Sahabat Cinta Ummat dalam program sedekah jelantah, dan juga dengan Bank Sampah Pekanbaru, serta komunitas pegiat lingkungan lainnya," ungkapnya.
Rizky berharap ke depannya minyak jelantah ini tidak hanya diekspor kemudian diolah negara luar menjadi biodiesel, namun ia ingin limbah minyak ini bisa diolah sendiri di Provinsi Riau.
Ia mengakui, saat ini keterbatasan dalam pengelolaan biodiesel minyak jelantah ini adalah harga mesin yang cukup mahal, sumber daya manusia yang belum mumpuni, serta belum adanya pasar yang jelas kemana biodiesel tersebut akan disalurkan.
"Tentu kita berharap kita juga mengolah sendiri, tapi saat ini kita masih terbatas. Sebetulnya di Politeknik Kampar itu sudah bisa mengolahnya jadi biodiesel tapi karena pasarnya belum ada jadi belum dilanjutkan," tuturnya.
Berita Terkait
-
Dua Wanita Muda Mantap Mualaf Gegara Tersentuh Kemerduan Ayat Suci Alquran
-
Remaja Kembar Pekanbaru Ini Mantap Masuk Islam, Alasannya Mengejutkan
-
Warga Pekanbaru yang Belum Pernah Divaksin Bisa Disuntik Moderna
-
Awas! Ini 4 Risiko Menggoreng dengan Minyak Jelantah bagi Kesehatan
-
Peluang Usaha Ratusan Juta dari Minyak Jelantah, Ini 5 Kiat Suksesnya
Terpopuler
- 3 Link DANA Kaget Khusus Hari Ini, Langsung Cair Bernilai Rp135 Ribu
- Karawang di Ujung Tanduk Sengketa Tanah: Pemerintah-BPN Turun Gunung Bahas Solusi Cepat
- 5 Fakta Heboh Kasus Video Panas Hilda Pricillya dan Pratu Risal yang Guncang Media Sosial
- 14 Kode Redeem FC Mobile Hari Ini 7 Oktober 2025, Gaet Rivaldo 112 Gratis
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
Ragnar Oratmangoen Ujung Tombak, Ini Susunan Pemain Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
BREAKING NEWS! Tanpa Calvin Verdonk, Ini Pemain Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
Waketum PSI Dapat Tugas dari Jokowi Usai Laporkan Penyelewengan Dana PIP
-
Ole Romeny Diragukan, Siapa Penyerang Timnas Indonesia vs Arab Saudi?
-
Wasapada! Trio Mematikan Arab Saudi Siap Uji Ketangguhan Timnas Indonesia
Terkini
-
7 Prompt Gemini AI Wanita Berhijab di Studio Foto, Tambah Realistik dan Estetik
-
Kumpulan Prompt Gemini AI Ubah Foto Sendiri Menjadi Glowing dan Estetik
-
Ide Prompt Gemini AI Foto Keluarga Versi Anime yang Artistik, Hasilnya Bikin Kaget!
-
18 Prompt Gemini AI Foto Sendiri Terpopuler, Hasil Realistis Makin Dramatis
-
Kata BPN Pekanbaru usai Dituding Terima Gratifikasi dan Sebagai Mafia Tanah