SuaraRiau.id - Kebanyakan orang jijik bahkan tidak menginginkan dekat dengan kotoran hewan, namun berbeda dengan warga bernama Rozali.
Warga Merempan Hulu, Kecamatan Mempura, Kabupaten Siak itu malah meraup rupiah dari kotoran sapi.
Pria 38 tahun tersebut mengumpulkan kotoran sapi dari kandang ke kandang untuk dijualnya ke para petani.
Per kilogram kotoran sapi, dia jual seharga Rp 200.
Dari kotoran sapi tersebut, Rozali pernah meraup untung Rp 6 juta dalam sebulan, hasil itu dibagi dengan kelompok ternaknya.
Rozali adalah anggota kelompok ternak Lembu Sejahtera. Dari kotoran sapi yang mereka ternak, ia berhasil menambah pundi rupiah sebagai penghasilan tambahannya serta uang kas untuk kelompoknya.
“Kotoran sapi ini sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik. Kami sudah menjalani jualan kotoran sapi ini sejak 4 tahun lalu. Hasilnya lumayan, nambah penghasilan,” ungkap Rozali.
Hasil jualannya, kata Rozali, tidak sejijik kotoran sapinya. Baginya kotoran sapi itu seperti emas hijau, meski bukan logam mulia berwarna hijau namun mempunyai nilai uang yang laris manis di pasaran.
Apalagi Siak merupakan daerah berbasiskan perkebunan sawit dan pertanian, sehingga kotoran sapi yang sebagian besar orang menghindarinya justru kini diburu para penghasil pupuk organik.
“Awalnya kami ingin mengolah kotoran sapi dari kelompok ternak kami sendiri menjadi pupuk organik. Kami terkendala dengan peralatannya dan usaha ini tidak bisa diteruskan waktu itu,” kenang Rojali.
Seiring berjalannya waktu, kata dia lebih jauh, kelompok ternaknya didatangi petani lain. Banyak yang ingin membeli kotoran sapinya. Dari sana, Rojali berpikir lebih baik jual bahan bakunya saja, yakni kotoran sapi basah atau kering.
“Permintaan datang bukan hanya dari petani di Siak, bahkan juga dari luar Siak. Saya pikir, cepat atau lambat ini akan jadi uang, dan harus diseriusi biar berkelanjutan,” kata dia.
Rojali membagi dua jenis kotoran sapi yang hendak dijualinya, basah dan kering. Kotoran sapi yang basah dibandrol Rp 200 per kilogramnya, sedangkan yang sudah dikeringkan Rp 12 ribu per karung.
“Lumayan, nambah -nambah penghasilan,” ujar Rojali.
Prospek penjualan pupuk organik kotoran sapi sedang baik-baiknya di Siak. Apalagi belakangan masyarakat “demam” tanaman hias keladi (Caladium).
Tananam ini memerlukan pupuk organik. Tanaman hias tersebut masuk ke dalam kelompok suku talas atau araceae. Tanaman tropis ini berasal dari Amerika Selatan dan Amerika Tengah.
Berita Terkait
-
Hasil PSU di 5 Daerah Kembali Digugat ke MK, KPU RI Tunggu BRPK
-
Bagaimana Jepang Ubah Kotoran Sapi Jadi Sumber Energi?
-
Pastikan Kesiapan PSU Lancar Sesuai Rencana, Wamendagri Turun Langsung ke Kabupaten Siak
-
Menapaki Rumah Singgah Tuan Kadi, Warisan Sejarah di Tepian Sungai Siak
-
Menyelami Warisan Melayu: Menelusuri Istana Siak yang Megah
Terpopuler
- Selamat Tinggal Jay Idzes, Mohon Maaf Pintu Klub Sudah Ditutup
- Resmi! Thijs Dallinga Pemain Termahal Timnas Indonesia 1 Detik Usai Naturalisasi
- Makin Menguat, Striker Cetak 3 Gol di Serie A Liga Italia Dinaturalisasi Bersama Mauro Zijlstra
- Thijs Dallinga Ogah Bahas Peluang Bela Belanda, Sepakat Perkuat Timnas Indonesia?
- 1 Detik Naturalisasi 9 Pemain Keturunan Ini Harga Pasaran Timnas Indonesia Tembus Rp 1 Triliunan!
Pilihan
-
OJK Beberkan Fintech Penyumbang Terbanyak Pengaduan Debt Collector Galak
-
Tarif Trump 19% Berlaku 7 Agustus, RI & Thailand Kena 'Diskon' Sama, Singapura Paling Murah!
-
Pemerintah Dunia dan Tenryuubito: Antagonis One Piece yang Pungut Pajak Seenaknya
-
Persija Jakarta Bisa Lampaui Persib di Super League 2025/2026? Eks MU Beri Tanggapan
-
Tiga Hari Merosot Tajam, Harga Saham BBCA Diramal Tembus Segini
Terkini
-
Diserang Harimau, Begini Kondisi Pekerja Akasia di Pelalawan
-
CEK FAKTA: Presiden Prabowo Akan Hentikan Program Bansos, Benarkah?
-
PSPS Pekanbaru ke Solo usai Lawan Sriwijaya FC, Hadapi Siapa?
-
Bawa Sabu 1 Kg, Pengejaran Debt Collector dan Teman Wanitanya Berlangsung Dramatis
-
Dikha Aura Farming Ketemu Gubri Lagi, Kali Ini Langsung Mendayung Pacu Jalur