Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Kamis, 04 Februari 2021 | 09:57 WIB
Ilustrasi Sriwijaya Air. [Sumber: Dok. Sriwijaya Air]

SuaraRiau.id - Komunikasi terakhr pihak Air Traffic Controller dengan Pilot Sriwijaya SJ182 yang jatuh pada 9 Januari 2021 lalu akhirnya disampaikan Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (AirNav Indonesia).

Hal itu diungkapkan Direktur Utama AirNav Indonesia Pramintohadi Sukarno saat rapat dengan Komisi V DPR, Rabu (3/2/2021).

Menurut info yang disampaikan sebelum kecelakaan terjadi, ATC berulang kali berusaha memanggil pesawat. Akan tetapi di saat kritis itu, sang pilot Kapten Afwan tak kunjung menjawab.

“ATC berusaha memanggil berulang kali, sampai 11 kali. Bahkan komunikasi juga dibantu oleh penerbangan lain, seperti Garuda, untuk mencoba komunikasi dengan SJ182, namun tak ada respons,” kata dia dikutip dari Hops.id--jaringan Suara.com, Kamis (4/2/2021).

Pramintohadi pun menjabarkan bagaimana proses percakapan antara AirNav dengan pilot Sriwijaya Air SJ182 berlangsung. Kata dia, awalnya semua berjalan mulus dan lancar.

Dia mendikte menit per menit saat pesawat terbang dari Bandara Soekarno Hatta mulai pukul 14.36 WIB. Kata dia, Sriwijaya SJ182 take off dari Runway 25 sekira pukul 14.36 WIB.

Kemudian setelah melewati ketinggian 1.700 kaki, pilot Kapten Afwan menghubungi ATC di frekuensi 179 megahertz.

“Dan diinstruksikan oleh controller, untuk naik ke ketinggian 29 ribu kaki mengikuti prosedur SID atau standar alur keberangkatan,” katanya.

Cerita Sriwijaya SJ182 kemudian berlanjut pada pukul 14.38 WIB. Pesawat saat itu melewati ketinggian 7.900 kaki.

Kata AirNav, Sriwijaya SJ182 mengontak ATC meminta izin mengubah arah ke 075 derajat karena alasan cuaca. Namun tak dijelaskan bagaimana kondisi cuaca saat itu, tapi yang jelas ingin menghindari kondisi tersebut.

Permintaan itu, kata Pramintohadi, lantas diizinkan oleh ATC. Di mana pesawat kemudian diinstruksikan untuk naik ke ketinggian 11 ribu kaki.

“Dan ini memang dijawab oleh pilot, clear, kita minta pesawat itu naik ke ketinggian 11 ribu kaki karena pada ketinggian yang sama ada pesawat dalam posisi yang sama yang akan terbang juga ke Pontianak, yaitu Air Asia,” katanya.

Kemudian pada 14.39 WIB, pada posisi 10.600 kaki, pesawat diinstruksikan oleh ATC naik ke ketinggian 13 ribu kaki.

Ketika itu, Pilot Kapten Afwan masih meresponsnya dengan baik. Itu adalah satu menit sebelum pesawat kehilangan kontak. Ditegaskan pula, tak ada laporan jika pesawat dalam kondisi tak stabil. Baik saat itu, maupun ketika komunikasi di awal penerbangan.

“Selama proses dari jam 14.36 WIB ke 14.39 WIB, tak ada laporan pesawat dalam kondisi tidak normal. Semua berlangsung normal.” ujarnya.

Akan tetapi, sepersekian detik kemudian, Sriwijaya SJ182 justru terpantau di layar ATC berbelok ke kiri, ke barat laut. Padahal seharusnya jika mengikuti SID, pesawat itu harusnya berbelok ke kanan.

“Kemudian 14.40 WIB controller melakukan konfirmasi arah SJ182, namun tak ada respons, dan diikuti, target hilang dari layar radar.

Seperti yang diketahui, pesawat Sriwijaya SJ182 hilang kontak pada 9 Januari 2021 di sekitar perairan Kepulauan Seribu. Seluruh penumpang hingga awak pesawat menjadi korban meninggal dalam tragedi nahas tersebut.

Load More