Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Senin, 07 Desember 2020 | 16:46 WIB
Tugu pengingat terjadinya perang Guntung semasa Sultan Mahmud. [Suara.com/Alfat Handri]

Sultan Mahmud sama dengan ayahnya, Raja Kecik, tidak mau berkompromi dengan kompeni. Tetapi, Sultan Mahmud adalah ahli siasat. Keinginannya agar Kerajaan Siak menjadi pemegang hegemoni perdagangan di Selat Melaka.

Pada waktu itu, sikap kompeni pun sangat ramah, bersahabat dan tidak serakah. Sehingga pada tahap awal ini, ia mengizinkan kompeni mendirikan loji di Pulau Guntung. Sebagai balasannya, kompeni harus mendukung Sultan Mahmud dan membantu Kerajaan Siak memenangkan pertempuran di Selat Melaka.

"Akhirnya pada tahun 1752, kompeni mendirikan loji di Pulau Guntung. Loji ini dibangun berlapis-lapis dan secara bertahap dengan lingkungan alam sebagai rintangan yang menyulitkan untuk berlabuh. Di loji yang merupakan gudang sekaligus banteng ini, kompeni menempatkan satu detasemen tentara," jelasnya.

"Akan tetapi hubungan Sultan Mahmud dengan kompeni Belanda tidak berjalan mulus, justru sebaliknya memburuk. Akibat keberadaan loji yang mulai menyulitkan dan memberatkan para pedagang," jelas Wan Idris.

Kontributor : Alfat Handri

Load More