Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Kamis, 12 November 2020 | 07:50 WIB
Diskusi Rocky Gerung dan Fadli Zon. (YouTube/Fadli Zon Official0

SuaraRiau.id - Rocky Gerung membongkar keterlibatan pihak Istana dalam pembatalan acara Indonesia Lawyers Club (ILC). Kata pengamat politik ini menduga ada campur tangan Istana Kepresidenan dalam pembatalan ILC tema Habib Rizieq Shihab (HRS).

Kata Rocky Gerung pembatalan itu adalah upaya pemerintah membatasi informasi yang harusnya diterima oleh publik lewat media.

Rocky mengaku tidak kaget dengan pembatalan acara yang rencananya akan mengangkat tema soal kepulangan Habib Rizieq tersebut.

Acara yang seharusnya ditayangkan pada Selasa (10/11/2020) itu mendadak dibatalkan dengan alasan yang tidak dijelaskan pihak televisi.

"Tadi malam saya tidak kaget mendengar ILC dibatalkan, itu sama dengan 212 itu. Hak publik untuk tahu siapa yang tiba di bandara tidak boleh diberitakan. Itu kan konyol," kata Rocky dilansir dari kanal YouTube-nya, Rabu (11/11/2020).

Hersubeno Arief lantas menanyakan kepada Rocky perihal pembatalan itu.

"Jadi kelihatannya ada air bah, ada bendungan kecil. Pemerintah membangun bendungan kecil dengan melarang ILC tayang kan?" tanya Hersubeno.

"Iya, kan enggak bisa air bah ditahan di gorong-gorong kan? Malah yang di gorong-gorong yang hanyut," sindir Rocky.

Hersubeno lantas menyinggung soal kehadiran Rocky di ILC yang sempat vakum beberapa bulan.

Absennya Rocky di acara tersebut diduga karena adanya pelarangan kemunculannya di depan publik.

"Anda sendiri sempat beberapa lama tidak muncul di ILC ya, kabarnya Anda juga di-banned tidak boleh muncul?" tanya Hersubeno.

Rocky membenarkan hal itu. Ia menuding bahwa pelarangan tampil dirinya di ILC berkat campur tangan Istana.

"Ya, saya kira itu SOP dari Istana. Begitu kalau ada isu yang bisa membuat kuping Istana jadi tipis dan matanya jadi membelok begitu, maka budaya Komkamtib muncul lagi," ujar Rocky.

Dari insiden-insiden tersebut, Rocky menyimpulkan bahwa negara sudah kehilangan sifat demokratis.

"Jadi terlihat bahwa negara ini kalau dibilang demmokratis, sebenarnya sudah hilang sifat demokratisnya. Kan ukurannya dari pers ya. Kalau pers sudah dikendalikan oleh Istana, di dalam keadaan politik otoriter itu bagus. Tapi kalau di keadaan demoratis ya gimana," pungkas Rocky.

Load More